Sejarah Warna Pink yang Kini Lekat dengan Perlawanan di Indonesia

CNN Indonesia
Senin, 01 Sep 2025 17:00 WIB
Dulu warna pink diasosiasikan dengan anak perempuan, feminitas, dan kelembutan. Di Indonesia, pink perlahan dekat dengan perlawanan dan keberanian.
Ilustrasi. Dulu, warna pink dekat dengan feminitas, anak perempuan, dan kelembutan. Namun di Indonesia, warna pink sepertinya bergeser jadi warna bermuatan perjuangan dan keberanian. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Aksi berani seorang ibu berkerudung pink jadi sorotan. Warna pink yang lekat dengan feminitas, kelembutan, dan cinta bergeser jadi warna yang penuh muatan keberanian dan perjuangan. Namun sejak dulu, makna warna pink memang berbeda di tiap negara dan begitu dinamis.

Sosok ibu berkerudung pink menarik perhatian dan menuai pujian di tengah demo di depan kompleks parlemen, Jakarta, Kamis (28/8).

Aksi ikonik sang ibu pun diabadikan lewat foto dan video. Ia berhadapan dengan para aparat, hanya bermodal bendera merah putih yang terpasang pada sebilah bambu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pun ia diberi kesempatan untuk berorasi, meluapkan amarah atas apa yang terjadi di negara ini. Kemudian yang begitu menarik perhatian adalah penampilannya yang sederhana.

Dia mengenakan busana hitam dengan motif bunga pink dilengkapi kerudung pink terang. Netizen tak henti membicarakan kerudung pink yang kontras dengan hitam pekat seragam dan tameng aparat.

Simbol feminitas yang rapuh

Dulu, warna pink jauh dari kesan keberanian atau perjuangan. Warna ini lebih dikenal sebagai simbol feminitas yang rapuh.

Pink kali pertama hadir dan jadi bagian dari mode Barat pada pertengahan 1700-an. Warna ini pun jadi simbol kemewahan dan kelas sosial. Pada 1757, produsen porselen Prancis Sevres menamakan warna pink ciptaannya 'Rose Pompadour' karena Madame de Pompadour, selir Raja Louis XV, sangat menyukai pink.

Saat itu, pink tidak dianggap sebagai warna anak perempuan. Justru pink dianggap lebih cocok buat anak laki-laki karena dilihat lebih pucat.

Perlahan, pink diasosiasikan dengan perempuan dan feminitas pada sekitar abad ke-19. Semakin banyak laki-laki Barat mengenakan warna gelap, kemudian warna cerah dan pastel 'diserahkan' pada rekan perempuan mereka.

"Feminisasi warna pink benar-benar mulai sekitar saat itu. Pink juga menjadi ekspresi kelembutan," kata Valerie Steele, editor buku 'Pink: The History of a Punk, Pretty, Powerful Color', mengutip dari CNN.

Dari simbol kemewahan dan feminitas, warna pink kemudian sangat dekat dengan kelas pekerja berkat industrialisasi. Warna pink semakin banyak digunakan termasuk oleh pekerja seks komersial saat itu.

Sepanjang 1900-an, makna warna pink terus bergeser. Begitu masuk abad ke-20, desainer asal Prancis Paul Poiret menciptakan koleksi gaun pink yang membuat warna ini kembali ke wilayah kelas atas.

Akan tetapi pada 1950-an, pink semakin disandingkan dengan identitas gender berkat branding dan pemasaran pascaperang Amerika. Warna pink digunakan sebagai simbol hiperfeminitas dan memperkuat stereotip pink buat anak perempuan, sedangkan biru muda buat anak laki-laki.

"Ketika pemisahan tersebut dibuat, persepsi tentang merah muda semakin diperkuat, karena asosiasinya dengan perempuan, yang secara tradisional dipandang rendah," ungkap Steele.

Warna pink di Indonesia kini

Unjuk rasa masih terus berlangsung di sekitar kawasan Kompleks Parlemen DPR/MPR menjelang sore, Kamis (28/8). CNN Indonesia/Adhi WicaksonoAksi seorang ibu berkerudung pink dalam demonstrasi pada Kamis (28/8) menarik perhatian masyarakat. Netizen tak henti memuji aksinya karena begitu berani berhadapan dengan aparat. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Mulai 1960-an, seolah ada upaya-upaya untuk mengembalikan warna pink sebagai warna untuk semua gender. Berbagai selebritas merangkul warna pink dalam penampilan mereka seperti, Jackie Kennedy, Marilyn Monroe, band The Ramones dan The Clash.

Akan tetapi, Steele menyebut warna pink diterima secara beragam di seluruh dunia. Di Jepang, pink dekat dengan gagasan soal kelucuan yang feminin serta subkultur 'lolita' yang bergaya bak boneka.

Di India, pink telah lama dipahami sebagai warna untuk laki-laki dan perempuan. Bukan hal aneh laki-laki mengenakan pakaian, perhiasan, dan turban berwarna pink.

Pink juga diterima sebagai simbol protes. Segitiga pink pernah digunakan di kamp konsentrasi oleh Nazi untuk mengidentifikasi homoseksual. Kemudian pada 1970-an, simbol ini digunakan sebagai simbol aktivisme gay.

ilustrasi kanker payudaraIlustrasi. Pita pink secara internasional digunakan sebagai simbol perjuangan melawan kanker payudara. (iStock)

Dalam komunitas internasional, pita pink digunakan sebagai simbol perjuangan melawan kanker payudara.

"Masyarakat semakin menjauh dari gagasan bahwa warna merah muda adalah warna kekanak-kanakan yang terlalu seksual," kata Steele.

Pergeseran makna warna pink ini rasanya juga terjadi di Indonesia berkat aksi ibu berkerudung pink. Warna pink kini dilekatkan dengan keberanian dan perjuangan.

Pengamatan CNNIndonesia.com, poster-poster imbauan, ajakan untuk saling mengingatkan, atau poster lain berkaitan dengan gelombang protes terhadap pemerintah banyak menggunakan warna pink. Warna ini pun banyak digunakan netizen sekaligus sebagai pengingat bahwa siapa pun bisa berkontribusi dalam perlawanan.

Seorang netizen yang kagum akan aksi ibu berkerudung pink sampai mengungkapkan janjinya untuk mengenakan kerudung atau busana pink demi tetap bersemangat menyuarakan perubahan.

(els/els)


[Gambas:Video CNN]
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER