Mi instan adalah salah satu makanan yang paling dicintai banyak orang. Rasanya gurih, cara masaknya mudah, dan harganya pun terjangkau.
Tak heran, mi instan sering jadi pilihan ketika sedang lapar di tengah malam, sibuk kerja, atau sekadar butuh comfort food.
Namun, di balik kepraktisan dan cita rasa yang menggoda, mi instan bukanlah makanan yang bersahabat dengan kesehatan bila dikonsumsi setiap hari. Kandungan gizinya minim, tetapi tinggi lemak jenuh, natrium, dan berbagai bahan tambahan yang bisa menimbulkan masalah serius bila dikonsumsi berlebihan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktanya, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi mi instan secara rutin berhubungan dengan meningkatnya risiko hipertensi, obesitas, hingga sindrom metabolik. Lalu, apa saja sebenarnya alasan mi instan sebaiknya tidak menjadi menu harian Anda?
Berikut tujuh alasan kenapa makan mi instan setiap hari bisa membahayakan tubuh, melansir Healthshots:
Mi instan cenderung miskin vitamin, mineral, protein, dan serat. Kalorinya banyak berasal dari karbohidrat olahan dan lemak, sehingga bisa memicu masalah berat badan dan kekurangan zat gizi penting jika dikonsumsi terlalu sering.
Monosodium glutamate (MSG) kerap ditambahkan untuk memperkuat rasa gurih. Meski dianggap aman dalam batas wajar, konsumsi tinggi MSG dikaitkan dengan sakit kepala, mual, hingga potensi kenaikan tekanan darah.
Satu bungkus mi instan bisa mengandung lebih dari separuh kebutuhan natrium harian. Asupan natrium berlebih terbukti meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga stroke.
Bahan utama mi instan adalah tepung terigu olahan yang rendah serat. Konsumsi berlebihan bisa menyebabkan lonjakan gula darah, terutama bagi penderita diabetes atau yang berisiko resistensi insulin.
Penelitian menemukan bahwa konsumsi rutin mi instan berkaitan dengan sindrom metabolik, kondisi yang meningkatkan risiko diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi.
Proses produksi mi instan umumnya menggunakan minyak sawit atau minyak yang kaya lemak jenuh dan trans. Lemak jenis ini bisa meningkatkan kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL), memicu penyumbatan arteri, serangan jantung, dan stroke.
Untuk memperpanjang masa simpan, mi instan mengandung bahan pengawet seperti TBHQ atau BHA. Meski aman dalam kadar rendah, konsumsi jangka panjang dikaitkan dengan risiko gangguan hati, kerusakan saraf, hingga kanker.
Mi instan sah-sah saja dinikmati sesekali. Namun, menjadikannya menu harian jelas bukan pilihan sehat. Agar lebih aman, batasi konsumsi, imbangi dengan sayuran, protein, dan tetap utamakan pola makan bergizi seimbang.
(tis/tis)