Kunang-kunang dan Semangat Pasolini dalam Koleksi Valentino
Valentino merilis koleksi 'Fireflies' yang menghidupkan kembali simbol penulis dan pembuat film Italia Pier Paolo Pasolini secara visual. Tidak seperti Pasolini yang menganggap kunang-kunang sudah mati, Alessandro Michele, direktur kreatif Valentino, menganggap kunang-kunang hanya menanti untuk dilihat kembali.
Pada 1941, di tengah kekacauan Perang Dunia II, Pasolini menulis sebuah surat tentang kunang-kunang. Dalam surat itu, ia menggambarkan malam penuh cahaya kecil, yang ia sebut "amorous flights and lights", sebagai tanda kehidupan dan hasrat yang bertahan di tengah kegelapan.
Lihat Juga :LAPORAN DARI PARIS Kalibrasi Ulang Warisan Cristbal Balenciaga oleh Pierpaolo Piccioli |
Empat puluh tahun kemudian, Pasolini menulis kembali, menyebut bahwa kunang-kunang telah hilang. Kemunculan dunia modern, menurutnya, menelan perbedaan dan memadamkan cahaya-cahaya kecil itu.
Melalui koleksi Spring/Summer 2026 Valentino berjudul 'Fireflies', Michele menolak pandangan itu. Ia menghidupkan kembali simbol-simbol Pasolini dengan cara visual, menjadi bahasa mode yang menggugah. Buat Michele, kunang-kunang belum mati, tapi mereka hanya menunggu untuk dilihat kembali.
"Fashion dapat membantu kita mengembalikan pandangan yang hilang, menghadirkan kembali cahaya dan makna dalam hidup," tulis Michele dalam show note yang dibacakan lewat pengeras suara oleh Pamela Anderson, yang duduk di barisan depan.
Panggung dibangun redup, diterangi kilatan lampu yang berpendar layaknya kunang-kunang di malam hari.
Dari balik gelap, kain sutra, renda, tulle, dan payet memantulkan cahaya seperti sinar-sinar kecil. Cahaya di show ini bukan datang dari sorotan lampu, tetapi dari busana itu sendiri, seperti yang dimaksud Pasolini delapan dekade lalu.
Koleksi yang terdiri dari 80 looks ini menegaskan sintesis khas Alessandro Michele antara tekstur lembut dan warna-warna emosional.
Ada bubblegum pink, tangerine, lilac, mustard yellow, dan cerulean blue - palet warna yang hidup, masing-masing memancarkan emosi tersendiri. Warna menjadi bentuk perlawanan terhadap keseragaman yang dulu dikhawatirkan Pasolini, dan menjadi tanda bahwa keindahan dan perbedaan masih dapat bersinar.
Motif pita menjadi benang merah koleksi ini. Dari tunik biru pucat dengan pita di leher hingga gaun mini berlapis ruffle, pita muncul sebagai simbol kecil tapi kuat, seperti kunang-kunang.
Elemen ini juga berlanjut dari koleksi Alessandro Michele sebelumnya di Valentino, termasuk "Bowow pumps," kini hadir dalam versi yang lebih teatrikal.
Menariknya, Michele kali ini menampilkan keseimbangan antara romantisisme dan struktur. Potongan jas single-breasted, mantel panjang dengan bahu tegas, serta rok pensil dari sutra dan beludru memperlihatkan kepekaan baru terhadap tailoring yang tajam.
Siluet yang lebih terukur ini memperlihatkan disiplin bentuk tanpa kehilangan kelembutan, dan tidak terlihat agresif.
Bagian kedua pertunjukan memperlihatkan intensitas. Blazer berpayet emas, kemeja transparan dengan rumbai kristal, hingga gaun panjang berhiaskan manik-manik perak dan emas menegaskan bahwa cahaya bisa juga menjadi bentuk keberanian.
Di antara gemerlap itu, Michele menyelipkan pernyataan yang lebih halus, bahwa busana bisa menjadi perlawanan terhadap kegelapan budaya yang seragam, atau yang Pasolini sebut sebagai "the disappearance of the fireflies", atau hilangnya kunang-kunang.
Tak lepas dari perhiasan
Michele tentunya hadir dengan perhiasan. Anting chandelier menjuntai hingga bahu, kalung berbentuk kupu-kupu melingkar lembut di punggung, dan gelang logam besar bertatah batu warna-warni menegaskan ide bahwa keindahan bisa menjadi bentuk ketahanan.
Bros berbentuk serangga dan sepatu berhiaskan ular menciptakan rasa hidup yang berdenyut di setiap detail, bahkan disematkan di tempat-tempat tak biasa seperti di bagian belakang bahu.
Di barisan tamu, Lana Del Rey hadir dalam gaun lilac dengan bulu di bahu, Pamela Anderson tampil dengan gaun renda hitam dan sepatu fuchsia, sementara Emma Chamberlain, Colman Domingo, dan Charlotte Lawrence terlihat seperti karakter dunia Valentino yang disutradarai Michele.
Alessandro Michele tidak hanya merujuk pada Pasolini saja, tetapi juga pada tafsir Georges Didi-Huberman, sejarawan seni yang menolak pesimisme Pasolini dan percaya bahwa kunang-kunang masih ada, dan hanya pandangan manusia yang melemah.
Michele meminjam pandangan ini untuk menegaskan bahwa mode dapat menjadi alat untuk menemukan kembali keindahan kecil yang selama ini luput.
Dalam 'Fireflies', Michele mengubah surat Pasolini dari tahun 1941 menjadi manifesto visual. Ia mengingatkan bahwa harapan bukanlah ledakan besar, melainkan cahaya kecil yang berkelip, yang terkadang nyaris tak terlihat, namun terus menyala.
Di dunia yang semakin penuh dengan keseragaman, apalagi di dunia fesyen, tugas desainer bukan menambah kebisingan, melainkan mengajarkan cara melihat keindahan yang lembut, dan bagaimana menemukan titik cahaya yang masih hidup meski di tengah kegelapan.
(fas/els)