Terowongan Sasaksaat: Warisan Kolonial yang Masih Aktif Beroperasi
Era kolonial di Indonesia meninggalkan banyak jejak yang masih dapat dilihat hingga kini. Salah satunya adalah Terowongan Sasaksaat, saksi perjalanan panjang peradaban yang tetap aktif digunakan sampai hari ini.
Terowongan ini merupakan terowongan aktif peninggalan kolonial Belanda terpanjang di Indonesia, dengan panjang mencapai 949 meter. Jalur rel di dalamnya menjadi bagian penting dari sejarah perkeretaapian Indonesia.
Kilas balik ke tahun 1902, Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda membangun Terowongan Sasaksaat sebagai strategi transportasi untuk menghubungkan Batavia, wilayah Priangan, dan kawasan timur Pulau Jawa.
Proyek besar pada masanya ini berhasil menghubungkan jalur kereta api Padalarang-Purwakarta-Cikampek, melewati wilayah dengan kontur tanah yang kompleks.
Terowongan ini berlokasi di Desa Cipada, Kecamatan Cikalongwetan, Bandung Barat. Terowongan Sasaksaat berada di jalur kereta penghubung Stasiun Padalarang dan Stasiun Cikalongwetan dalam area operasional PT KAI.
Nama Sasaksaat terinspirasi dari kebiasaan kereta yang dulu sering berhenti sejenak di kawasan tersebut. Dalam bahasa Sunda, sasaksaat berarti sebentar atau sejenak.
Namun keberadaan terowongan ini justru jauh dari kata sebentar. Hingga kini, kereta api di rute Jakarta-Bandung masih rutin melewati terowongan tersebut.
Terowongan kolonial terpanjang yang masih aktif
Dalam catatan sejarah kolonial, Terowongan Sasaksaat tercatat sebagai terowongan terpanjang yang dibangun Belanda dan tetap aktif hingga hari ini. Meski kini sudah ada Terowongan Walini di proyek kereta cepat yang lebih panjang, Sasaksaat tetap menjadi simbol kejayaan perkeretaapian di masa lalu.
Seperti banyak pembangunan di era kolonial, proyek ini tidak lepas dari praktik kerja paksa. Ribuan pekerja romusha menjadi tenaga utama dalam pembangunan terowongan.
Dengan peralatan sederhana, mereka menggali batu, membelah lereng bukit, hingga membangun infrastruktur besar. Cerita kelam ini menjadi bagian penting yang tidak boleh dihapus dari sejarah.
Meski masih beroperasi, kawasan Terowongan Sasaksaat termasuk rawan kecelakaan. Terowongan ini hanya memiliki satu jalur tanpa titik silang, sehingga koordinasi ketat antara masinis dan stasiun sekitar sangat diperlukan untuk mencegah tabrakan.
Usia terowongan yang lebih dari seratus tahun tidak mengurangi kekokohannya. Struktur dan desain khas kolonial membuatnya tetap berdiri kuat hingga kini.
Bangunan era Belanda memang dikenal tahan lama, dan Terowongan Sasaksaat menjadi buktinya.
Destinasi wisata sejarah
Sebagai saksi bisu pergantian zaman, Terowongan Sasaksaat kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah. Para pecinta kereta (railfans) dan penggemar sejarah kerap datang untuk napaktilas perkembangan transportasi masa kolonial.
Keindahan alam sekitar yang asri, dipadukan dengan terowongan berarsitektur kolonial, membuatnya semakin menarik. Lokasi ini juga beberapa kali digunakan sebagai tempat syuting dan menjadi incaran fotografer, terutama untuk mengabadikan momen kereta yang keluar dari mulut terowongan.
(ana/tis)