Banjir Aceh dan Nestapa Hancurnya Stasiun Penelitian Orangutan Tertua

CNN Indonesia
Selasa, 09 Des 2025 08:30 WIB
Stasiun Penelitian (SP) Orangutan Ketambe di kawasan Resort Lawe Gurah tersebut merupakan pusat penelitian orangutan tertua di dunia.
Orangutan di stasiun penelitian Leuser, Subulussalam, Aceh. (Syifa Yulinnas/Antara Foto via REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Aceh sejak 26 November lalu, menyebabkan kerusakan parah, termasuk menghancurkan Stasiun Penelitian (SP) Orangutan Ketambe.

SP yang terletak di kawasan Resort Lawe Gurah tersebut merupakan pusat penelitian orangutan tertua di dunia.

Akibat kerusakan parah tersebut, SP Orangutan Ketambe terpaksa ditutup sementara waktu hingga proses pemulihan pascabencana selesai. Penutupan ini berlaku untuk seluruh kegiatan penelitian maupun kunjungan, demi keselamatan bersama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penutupan SP Ketambe merupakan pukulan besar, khususnya bagi dunia ilmiah dan konservasi global. Stasiun ini sudah beroperasi sejak tahun 1971 dan dikenal sebagai pusat studi orangutan Sumatra.

"Kementerian Kehutanan menegaskan komitmennya untuk memulihkan stasiun sebagai pusat penelitian orangutan Sumatra," demikian keterangan dalam rilis Forum Konservasi Leuser (FKL), Jumat (5/12), seperti dilansir Detik.

Pemerintah juga mengajak para peneliti dan mitra konservasi untuk tetap berkoordinasi dan menyesuaikan rencana kerja lapangan.

Bencana banjir bandang terjadi pada Kamis (26/11). Air mulai naik sekitar pukul 11.00 WIB. Staf di lokasi, yang saat itu sedang membangun musala, sempat mencoba membuat penghalang, namun kondisi memburuk dengan cepat.

Menjelang sore, sekitar pukul 16.00 WIB, air sungai menerobos masuk dengan cepat dan deras. Juru masak dan tukang bangunan, serta empat petugas yang berada di lokasi, berhasil menyelamatkan diri dari arus deras dan dievakuasi ke Desa Ketambe.

"Meskipun kerusakan besar terjadi, empat petugas yang berada di lokasi selamat setelah berhasil menyelamatkan diri dari derasnya arus," terang rilis FKL.

Ketika diperiksa keesokan harinya, seluruh sarana dan prasarana di SP Ketambe ludes tersapu banjir. Kerusakan total melanda ruang pertemuan, ruang pustaka, kamar peneliti, musala, dapur umum, fasilitas air bersih, hingga kereta gantung penyeberangan.

[Gambas:Instagram]

Sejarah Panjang Konservasi Global

SP Orangutan Ketambe, yang didirikan sejak 1971 oleh Pusat Penelitian Primata (PPA), Kementerian Kehutanan, dan WWF, merupakan stasiun penelitian orangutan tertua di dunia.

Sejak 2015, SP Ketambe dikelola bersama oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dan FKL. Di antara tiga stasiun penelitian yang dikelola BBTNGL, SP Ketambe menjadi yang paling parah kerusakannya akibat banjir dan longsor.

Selama lebih dari lima dekade beroperasi, SP Ketambe telah mempublikasi ribuan tulisan ilmiah dan melahirkan sederet pakar konservasi terkemuka, menjadikannya institusi yang berpengaruh di mata global.

(ana/wiw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER