Endometriosis: Penyebab Nyeri Haid Parah hingga Sulit Hamil

CNN Indonesia
Kamis, 18 Des 2025 10:00 WIB
Ilustrasi. Nyeri haid hebat bisa jadi tanda wanita alami endometriosis. (iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Endometriosis merupakan penyakit yang kerap dialami perempuan dan berkaitan dengan nyeri haid hebat serta gangguan kesuburan. Kondisi ini terjadi akibat pertumbuhan abnormal jaringan selaput dalam rahim atau endometrium yang tumbuh di luar rahim.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Eka Hospital PIK, Hardi Susanto, menjelaskan bahwa jaringan endometrium tersebut dapat ditemukan di berbagai organ tubuh, seperti ovarium, usus, kandung kemih, dan rongga perut. Bahkan, pada kasus tertentu, jaringan ini dapat menjalar hingga umbilikus, paru-paru, dan otak.

"Endometriosis juga merupakan penyakit yang berkaitan dengan hormon estrogen, yakni hormon alami yang diproduksi tubuh perempuan pada masa subur," kata Hardi dalam temu media yang digelar Eka Hospital di Jakarta, Selasa (17/12).

Oleh karena itu, keluhan endometriosis umumnya berkaitan dengan siklus menstruasi, bersifat hilang timbul, serta dapat berkurang atau menghilang ketika penderita memasuki masa menopause.

Gejala dan dampak endometriosis

Hardi menyebutkan gejala utama endometriosis adalah nyeri haid hebat atau dismenore, terutama di area panggul. Nyeri dapat dirasakan sebelum, saat, atau setelah menstruasi dan sering kali tidak membaik dengan obat pereda nyeri biasa.

Selain nyeri haid, penderita endometriosis juga dapat mengalami:

• Nyeri saat buang air besar atau buang air kecil

• Nyeri saat berhubungan intim

• Perdarahan haid berlebihan

• Siklus haid yang lebih pendek

• Perut kembung, mual, dan muntah

• Rasa lelah berkepanjangan

Pada sebagian perempuan, endometriosis tidak menimbulkan gejala yang jelas dan baru terdeteksi saat mengalami kesulitan hamil. Salah satu komplikasi terbesar dari endometriosis adalah gangguan kesuburan atau infertilitas.

Penyebab dan faktor risiko

Hingga kini, penyebab pasti endometriosis belum diketahui. Namun, terdapat beberapa teori yang dikaitkan dengan terjadinya penyakit ini, salah satunya teori menstruasi retrograd.

Menstruasi retrograd merupakan kondisi ketika aliran darah haid mengalir balik melalui tuba falopi ke rongga perut. Selain itu, terdapat pula teori gangguan sistem kekebalan tubuh yang memungkinkan jaringan endometrium tumbuh di luar rahim. Selain itu, faktor genetik atau riwayat keluarga juga diduga jadi salah satu risiko penyakit ini.

Faktor risiko lain yang sering dikaitkan dengan endometriosis meliputi:

• Menstruasi pertama yang terjadi lebih dini

• Siklus menstruasi yang pendek

• Perdarahan haid yang banyak

• Keterlambatan memiliki anak

• Kelainan pada organ reproduksi, seperti vagina, leher rahim, atau rahim

Diagnosis dan penanganan

Diagnosis endometriosis dilakukan melalui anamnesis atau wawancara medis terkait gejala dan riwayat kesehatan, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.

Untuk memastikan diagnosis, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang berupa USG atau USG transvaginal, MRI, laparoskopi diagnostik, serta pemeriksaan laboratorium bila diperlukan.

Penanganan endometriosis dapat berupa terapi medis maupun tindakan bedah. Terapi medis umumnya bersifat jangka panjang dan meliputi penggunaan obat pereda nyeri nonsteroid, obat hormonal seperti progestin atau turunannya, pil kontrasepsi, agonis GnRH, hingga penggunaan IUD yang mengandung hormon.

Sementara itu, tindakan bedah dapat dilakukan melalui operasi laparoskopi atau operasi terbuka. Pada kondisi tertentu, penanganan juga dapat melibatkan pengangkatan rahim.

Oleh karena itu, perempuan yang mengalami nyeri haid hebat, nyeri panggul kronis, atau kesulitan hamil disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan guna mendapatkan diagnosis serta penanganan yang tepat.

(nga/tis)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK