Jumlah wisatawan asal China dan Hong Kong yang berlibur ke Jepang terus menunjukkan tren penurunan. Data terbaru dari Japan National Tourism Organization (JNTO) mencatat perlambatan signifikan, baik secara bulanan maupun tahunan.
Dalam laporan yang dirilis Rabu (17/12), JNTO mencatat kunjungan wisatawan China ke Jepang pada November 2025 masih tergolong besar, namun laju pertumbuhannya terus melambat. Sepanjang bulan tersebut, jumlah turis China mencapai 562.600 orang, hanya tumbuh 3 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan lonjakan 111 persen secara year on year (yoy) yang tercatat pada November 2024.
"Meski terjadi pengurangan penerbangan akibat ketegangan politik, kapasitas kursi maskapai masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu," tulis laporan JNTO, seperti dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Sabtu (20/12).
Penurunan juga terlihat secara bulanan. Pada September 2025, jumlah wisatawan China yang melancong ke Jepang masih mencapai 775.500 orang. Angka tersebut turun menjadi 715.700 orang pada Oktober 2025, sebelum akhirnya merosot tajam menjadi 562.600 orang pada November 2025.
Tren serupa dialami wisatawan asal Hong Kong. JNTO mencatat hanya 207.600 turis Hong Kong yang berkunjung ke Jepang pada November 2025. Jumlah tersebut anjlok 8,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Penurunan jumlah wisatawan Hong Kong terutama disebabkan oleh berkurangnya kapasitas kursi pesawat yang tersedia," jelas JNTO.
Merosotnya jumlah wisatawan dari China dan Hong Kong tak lepas dari memanasnya hubungan politik Beijing dan Tokyo. Ketegangan dipicu oleh pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi terkait Taiwan.
Ia menyebut kemungkinan serangan bersenjata terhadap Taiwan dapat menjadi dasar bagi Jepang untuk mengerahkan pasukan dalam kerangka pertahanan kolektif.
Pernyataan itu menuai kecaman keras dari Tiongkok. Beijing meminta Takaichi menarik ucapannya, namun permintaan tersebut ditolak. Konflik pun terus berlarut dan kian memanas.
Situasi tersebut berdampak langsung pada sektor pariwisata. Pemerintah China bahkan mengeluarkan imbauan larangan bepergian ke Jepang seiring meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
(skt/tis)