Jakarta, CNN Indonesia -- Jakarta International Film Festival (JiFFest) kembali digelar tahun ini dengan tema
Culinary Cinema. JiFFest ke-14 ini akan menyelenggarakan Pop-Up Cinema serta World Cinema. Pengambilan tiket dapat dilakukan satu jam sebelum film dimulai. Kapasitasnya, 150 orang.
Pop-Up Cinema merupakan pemutaran film-film pendek Indonesia. Acara ini akan diselenggarakan di Galeri Indonesia Kaya selama akhir pekan 15-16 November. Bukan hanya menikmati film-film secara gratis, partisipan juga bisa berdiskusi dengan pembuat film.
Ada sepuluh film pendek yang ditayangkan, di antaranya:
Seserahan aka Wedding Gift (2013),
Maryam (2014),
Gula-Gula Usia (2014),
Indie Bung (2014),
Joshua (2014),
Pendekar Kesepian (2013),
Kunang-Kunang (2014),
Onomastika (2014),
Penderes dan Pengidep (2014), serta
Nyalon (2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, World Cinema merupakan pemutaran film-film dari seluruh dunia yang sudah dikurasi oleh tim program JiFFest 2014. Acara ini akan diselenggarakan pada 21-23 November di Blitz Megaplex dan Cinema XXI.
Berbeda dengan Pop-Up Cinema yang dapat dinikmati gratis, masyarakat perlu membeli tiket untuk dapat menonton film-film ini. Harga tiketnya sama dengan film lain yang dijual di bioskop ini.
Film-film yang akan ditayangkan, yaitu
Final Recipe (2013),
Winter Sleep aka Kis Uykusu (2014),
Before I Disappear (2014),
The Lunchbox (2014),
Black Coal, Thin Ice aka Bai Ri Yan Huo (2014),
The Sun, The Moon, and The Hurricane (2014), dan
Fluid Boundaries (2014). Film-film ini merupakan karya pembuat film dari Korea Selatan, Thailand, Turki, Prancis, Jerman, Amerika Serikat, Inggris, India, Tiongkok, Singapura, dan Indonesia.
JiFFest diselenggarakan oleh
Muvila.com dan Yayasan Masyarakat Mandiri Film Festival. Salah satu Direktur Festival JiFFest Aoura Lovenson Chandra mengatakan tema kuliner dipilih karena melihat antusiasme masyarakat Jakarta yang tinggi terhadap dunia kuliner.
"Maka dari itu kami coba bawa beberapa film bertemakan kuliner. Namun memang tidak semua karena tidak terlalu banyak film seperti itu," katanya saat Indonesia Filmmakers Gathering, Epicentrum, Jakarta, Jumat (14/11).
Pria yang mengawali kariernya sebagai produser film pada 2005 ini menjelaskan fim-film yang dipilih merupakan film berkualitas tetapi kurang mendapat tempat di Indonesia.
"Kami membawa film
box office dari berbagai negara. Selama ini film Hollywood maupun keluaran studio film yang besar mendominasi sehingga mereka tidak mendapat tempat," tuturnya. Padahal menurutnya, film-film tersebut punya eksplorasi cerita yang baik.
Bicara soal karakter penonton di Indonesia, Aoura berpendapat karakter penonton di Indonesia masih kurang matang dalam memilih film. "Mungkin karena faktir edukasi. Namun, saya lihat perkembangannya sudah semakin maju. Mulai banyak yang tidak hanya mencari film studio, tetapi film-film unik yang punya eksplorasi cerita lebih baik," kata produser film
Negeri 5 Menara.
Namun ia tetap optimistis JiFFest dapat disambut masyarakat secara antusias. "Kami yakin pasar film-film seperti ini mulai luas. Terbukti di JiFFest tahun lalu, di mana semua tiket terjual," katanya, yakin.