Jakarta, CNN Indonesia -- Generasi 80-an patut berbangga karena menjadi saksi lahirnya salah satu musisi Indonesia yang memiliki karya musik berkualitas, Fariz Rustam Munaf atau lebih dikenal dengan Fariz RM. Musikus multitalenta yang piawai memainkan sejumlah alat musik ini masih eksis di panggung musik Indonesia hingga kini.
Karier bermusik Fariz dimulai sejak tahun 1977. Saat itu, Fariz beserta teman-teman sekolahnya di SMA Negeri 3 Jakarta mengikuti Lomba Cipta Lagu Remaja yang diadakan Radio Prambors Jakarta.
Pada awal dekade 1980-an, lagu-lagu ciptaannya, seperti
Barcelona dan
Sakura, meledak dan mampu melejitkan namanya di pasar musik Indonesia. Konsep musik Fariz yang segar dan manis membuatnya mampu mewarnai khazanah musik nusantara pada era tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karyanya yang terbaru adalah album kolaborasi yang mendaur ulang lagu-lagunya dan Dian Pramana Poetra. Album bertajuk
Fariz RM & Dian Pramana Poetra in Collaboration With... itu diluncurkan Oktober 2014 silam. Maestro musik tanah air ini melibatkan sejumlah penyanyi muda seperti Citra Scholastika, Fatin Shidqia Lubis, dan Angel Pieters.
Hingga kini, pria berusia 56 tahun ini tercatat telah menelurkan 21 album solo, tiga album duet, 12 album grup, dan sebuah album kompilasi. Tidak mengherankan jika majalah Rolling Stones Indonesia menganugerahi "Rolling Stones The Immortals". Penghargaan ini merupakan apresiasi terhadap karya-karya para legenda musik Tanah Air.
Sebanyak lima lagu gubahan Fariz yang apik nan memukau juga termasuk ke dalam daftar 150 lagu terbaik Indonesia sepanjang masa versi majalah Rolling Stones Indonesia. Tiga di antaranya adalah lagu solo yang dinyanyikannya sendiri yakni
Barcelona, Sakura, dan
Selangkah ke Sebarang. Lalu, lagu dengan Symphony berjudul
Interlokal dan sebuah lagu yang dinyanyikan Andi Meriem Mattalata.
Saat berkonser bersama sejumlah musisi ikonik '80-an, pada pertengahan November 2014, Fariz masih sakti di atas panggung. Namun saban menuntaskan satu lagu, saat menyapa penonton, terdengar napasnya tersengal. Dengan nada canda ia mengatakan, "Napas harus diirit-irit."
Meminjam istilah mendiang pengamat musik Denny Sakrie, perjalanan karier musik Fariz bak bianglala yang sarat warna. "Perjalanan karier musik Fariz RM yang dimulai sejak tahun 1977 hingga sekarang ini bagai bianglala, sarat warna. Saya yakin Fariz tak akan meninggalkan atau menjauhi dunia musik. Karena kemampuan bermusik itu anugerah," tulis Denny di blog pribadinya, sehari sebelum kematiannya.
Ironisnya, kiprah Fariz yang cemerlang di bidang musik berbanding terbalik dengan kebiasaan buruknya mengonsumsi obat-obatan terlarang. Oktober 2007 silam, Fariz ditahan akibat menikmati ganja. Hari ini Selasa (6/1), dia kembali ditangkap karena mengonsumsi obat terlarang yang sama.
(rsa/vga)