PROFIL PENULIS

Alberthiene Endah Menulis Buku Biografi dan Berspiritual

Vega Probo | CNN Indonesia
Selasa, 20 Jan 2015 11:35 WIB
Penulis buku biografi Chrisye, Kris Dayanti, sampai Merry Riana ini siap-siap bertemu Bill Gates. Baginya, kisah kehidupan pesohor adalah ladang berspiritual.
Menulis buku biografi adalah ladang berspiritual bagi penulis Alberthiene Endah. (CNNIndonesia/Vega Probo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pekan ini menjadi pekan yang amat menyenangkan bagi Alberthiene Endah. Lima hari lagi, penulis buku biografi ini akan terbang ke Dubai untuk bertemu empunya Microsoft, Bill Gates.

“Saya tidak mengontak Bill Gates, tapi dia tahu saya menulis banyak buku biografi tokoh Indonesia,” kata perempuan yang biasa disapa dengan inisial namanya AE.

Gates ingin memberikan kata pengantar bagi buku biografi seorang bankir yang ditulis AE. Namun alih-alih menulis sendiri kata pengantarnya, Gates menawarkan diri untuk diwawancarai oleh AE.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya sangat excited menunggu hari pertemuan itu: 25 Januari 2015 di Dubai,” kata AE saat ditemui CNN Indonesia di kediamannya di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

“Saya tidak mengatakan ini pencapaian,” kata  perempuan penyayang satwa, terutama anjing. “Ini satu kesenangan yang diberikan Tuhan kepada saya,  kayak dikasih doorprize.”

Sejauh ini, AE telah menulis 46 buku biografi, tidak termasuk novel. Tokoh-tokoh yang pernah dibuat biografinya, antara lain Ani Yudhoyono, Chrisye, Kris Dayanti, sampai Merry Riana.

(Baca Juga: Merry Riana: Film Ini Bukan Tentang Saya)

Buku biografi Merry Riana menjadi best seller, terjual ratusan ribu eksemplar. Lalu, diadaptasi ke layar lebar dan menembus box office ditonton ratusan ribu orang kurang dari sepekan.

(Baca Juga: Belajar Menyikapi Kehidupan dari Merry Riana)

Biografi, Ladang Berspiritual

Pengalaman menulis buku biografi, membuat AE belajar tentang hidup, juga pencapaian, yang menurutnya, “memberikan rona cahaya di dunia.”

“Menulis tokoh itu mengasyikkan,” katanya, “membuat saya sadar, orang sukses juga punya problem, namun mereka bisa melewati itu semua, bisa survive.”

Pasang surut yang dialami tokoh mengerucutkan satu kesimpulan bagi AE, “Bila seseorang berhasil mendapatkan apa pun dalam hidup tapi tidak merasakan ketenteraman, berarti dia gagal.”

Diakui AE, semangat hidup bisa membuat orang merasa mampu, cukup, dan tenteram. Dan dia banyak belajar tentang semangat hidup dari tokoh-tokoh yang dibuatkan biografinya.

Setiap Orang Memiliki Drama

Menurut AE, setiap orang memiliki drama dalam hidupnya. Fase inilah yang membuat kehidupan seseorang tidak sama dengan kehidupan orang lain.

Dalam menulis biografi, mantan wartawati ini menerapkan tiga poin penting agar tulisannya menguasai hati pembaca dan tidak membosankan.

Pertama, penulis harus peka menangkap getaran hati si tokoh: tahu sedihnya, tahu bahagianya. Kedua, penulis memiliki kemampuan sutradara yang memainkan plot, alur cerita.

Ketiga, penulis harus melakukan wawancara mumpuni, menggali sebanyak-banyaknya cerita dan kejujuran. Dengan ketiga poin tersebut, niscaya buku biografi memiliki keistimewaan tersendiri.

Bekerja secara Paralel

Sebagai penulis, pantang bagi AE bekerja dengan hanya mengandalkan tape recorder (alat perekam). “Itu berbahaya,” katanya. “Penulis juga harus bekerja dengan pikiran dan hati.”

Alat perekam, tak hanya diandalkan AE untuk merekam kata-kata, melainkan juga bunyi, seperti tarikan napas. Emosi seseorang saat bertutur bisa diketahui dari tarikan napasnya.

Pikiran, membuat penulis tahu arah cerita si tokoh. Pikiran harus cepat tanggap, menggiring si tokoh bercerita tentang hal-hal mendalam yang sangat emosional dalam hidupnya.

Hati, digunakan oleh penulis untuk merasakan apa yang diceritakan si tokoh, mengukur level emosinya. “Ketiga hal tersebut harus bekerja secara paralel, dalam satu waktu,” kata AE.

Ya Penulis, Ya Psikiater

Pengalaman membuat biografi penyanyi legendaris Chrisye yang notabene introver membuat AE menyadari, penulis biografi sebenarnya juga bisa menjadi ‘psikiater’ bagi tokohnya.

Jadi satu keterampilan tersendiri ketika penulis berhasil menggagas si tokoh untuk merenung lagi, merefleksikan diri melalui cerita-cerita yang dituturkan.
“Chrisye adalah narasumber dalam posisi tersulit,” katanya. “Di satu sisi dia introvert, dan di sisi lain dia dalam kondisi drop karena mengidap kanker paru-paru stadium empat plus.”

AE pun melakukan pendekatan wajar terhadap Chrisye, “Mari kita bercerita, mengingat masa lampau, supaya mungkin hari ini  kita bisa sama-sama mengenang itu sebagai hal yang manis.”

Ternyata caranya ini berhasil. Chrisye tak hanya blak-blakan bercerita, namun juga menjadi jauh lebih bersemangat, bahkan sanggup menggelar konser.

Dari situ AE sadar, bila seseorang diperbolehkan sekaligus diberikan wadah yang tepat untuk bercerita, maka sesuatu yang positif akan masuk lagi ke dalam dirinya.

“Hikmah terindah membuat buku biografi adalah ketika isi bukunya berhasil menggugah perasaan orang lain untuk bisa melihat kebaikan,” kata AE. “Itulah sukses penulis biografi.”

(vga/vga)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER