Remaja Gaza Pamer Bakat, Juri Arabs Got Talent Terharu

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Senin, 02 Feb 2015 14:15 WIB
Seorang bocah di Jalur Gaza percaya, "Musik adalah bahasa perdamaian dan harmoni." Lima remaja Gaza pun unjuk bakat di ajang Arabs Got Talent.
Ilustrasi: Di balik bangunan di Jalur Gaza yang porak poranda akibat kecamuk perang, terdapat bakat musikal kaum mudanya. ( REUTERS/Khalil Hamra/AP Photo/Handout via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam ajang pencarian bakat Arabs Got Talent yang digelar beberapa waktu lalu, sekelompok remaja yang menjadi kontestan sukses mencuri perhatian. Berkalung keffiyeh bermotif kotak-kotak hitam-putih, mereka membawakan sebuah lagu tradisional Arab. 

Sontak aksi mereka membuat para juri terpikat dan terharu. Tanpa ragu, para juri memberikan tiket langsung ke putaran final. Siapa sangka grup yang terdiri dari empat laki-laki dan satu perempuan belia tersebut berasal dari kancah perang yang terisolir, Jalur Gaza.

Kelompok musisi tersebut berasal dari sebuah sekolah musik di Gaza, National Conservatory of Music Edward Said. Di sekolah tersebut, kelima pemuda itu belajar musik dari Anas An-Najar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

An-Najar mengajarkan semua muridnya keterampilan memainkan kecapi, gendang, suling kayu, dan instrumen lainnya. Ketenaran anak murid An-Najar semakin bertambah ketika video berisi penampilan mereka diunggah ke laman YouTube dan berhasil dilihat lebih dari 9 juta kali.

[Gambas:Youtube]

Sekolah musik itu menempati satu bangunan tersembunyi dan tidak menarik perhatian masyarakat sekitar yang dimiliki oleh Palestina Red Crescent Sociaety di Tel al-Hawa, kawasan menengah kota Gaza.

Di bagian dalam sekolah, seluruh murid berkegiatan dalam sebuah ruangan berdinding poster musisi barat dan Arab, seperti Tchaikovsky dan Kamal Al Taweel yang merupakan komposer ternama Mesir.

National Conservatory of Music Edward Said bermula dari sebuah proyek pengembangan budaya Arab oleh AM Qattan Foundation pada 2008, lalu kemudian diambil alih oleh Said National Conservatory Edward di 2012. Kini, sekolah itu sudah memiliki lima cabang di Palestina.

Meskipun Gaza telah enam tahun terakhir berada dalam kondisi perang dan juga berada di bawah blokade Mesir, rupanya musik terus mendapatkan tempat di hati para anak Gaza.

Lebih dari 250 anak Gaza mendaftarkan diri sebagai siswa sekolah musik tersebut setiap tahunnya, namun yang diterima hanyalah 30 hingga 40 siswa.

Tenaga pengajar yang dimiliki oleh sekolah musik tersebut hanyalah 13 orang untuk mengajar teori musik, pengajaran individu, dan ansambel kecil seperti orkestra.

"Musik dapat mentransfer murid-murid ini dari sebuah dunia penuh dengan tekanan ke dunia yang lebih nyaman," ujar Khamis Abu Sha'ban, kepala administrasi sekolah musik itu.

Bahasa Perdamaian

Sekolah musik milik An-Najar membeli sebagian besar alat-alat instrumen di Mesir ataupun Syria, namun ada juga yang menerima sumbangan dari Music Fund milik Belgia yang meminjamkan kepada siswa-siswa musik sekolah itu. Mereka tekun mempelajari orkestra dan menuruti arahan dari sang konduktor dengan patuh.

"Musik adalah bahasa perdamaian dan harmoni," ujar Firas Al-Shrafi, 11 tahun, yang telah memainkan sitar sejak usia empat tahun. "Ini membawa kedamaian ke dalam jiwa saat sedih."

Musik mulai meraih popularitas di kalangan pemuda Gaza, namun masih kalah tenar dibanding aktivitas lainnya. Pekan lalu, 17 ribu pemuda lulus dari pelatihan militer selama sepekan yang diselenggarakan oleh Hamas.

Di sisi lain, bagi para peminat musik, mereka sangat berharap kelima anak Gaza tersebut dapat memenangkan Arabs Got Talent. "Banyak hal yang telah mereka lakukan untuk posisi itu," ujar Abu Sya'ban, seorang pemuda Gaza. "Kami ingin mereka menang."

(vga/vga)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER