Kontribusi Besar Etnis Tionghoa di Ranah Hiburan

Vega Probo | CNN Indonesia
Senin, 16 Feb 2015 16:10 WIB
Memasuki abad ke-20, ranah hiburan dan seni budaya di Tanah Air disemarakkan oleh kehadiran seniman atau pegiat seni keturunan Tionghoa.
Seniman tari Didik Nini Thowok (kiri) ternyata keturunan Tionghoa. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/Rei/pd/15)
Jakarta, CNN Indonesia -- Memasuki abad ke-20, ranah hiburan dan seni budaya di Tanah Air disemarakkan oleh kehadiran seniman atau pegiat seni keturunan Tionghoa.

“Intinya, di dunia seni, sumbangan orang Tionghoa itu banyak sekali,” kata Kwartanada Didi, editor buku Tionghoa dalam Keindonesiaan: Peran dan Kontribusi bagi Pembangunan Bangsa, kepada CNN Indonesia via sambungan telepon, baru-baru ini.

Lebih jauh, Didi membahas buku tersebut yang berisi 126 artikel dan terbagi enam segmen, dari hiburan, politik, industri, olahraga sampai militer. “Segmen hiburan dan seni budaya mendapat porsi terbanyak, dari seniman perfilman sampai pewayangan,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Pak Teguh ‘Srimulat’ itu keturunan Tionghoa. Nama aslinya Kho Tjien Tiong,” kata Didi tentang pemimpin grup lawak Srimulat era 1957-1985. “Begitu juga Didik Nini Thowok yang memiliki nama Tionghoa Kwee Tjoen Lian.”

Nama-nama seniman lain keturunan Tionghoa yang juga tak luput dari pengamatan Didi, seperti komika Ernest Prakasa, musisi Aminoto Kosin, Bubi Chen dan Maya Hasan, juga pencipta lagu tradisional Makassar Ati Raja, Ho Eng Djie.

(Baca Juga: Ernest Prakasa Menertawakan Tionghoa, Melupakan Trauma)

Tak hanya berkarya, menurut Didi, seniman Tionghoa juga berprestasi di level internasional. Salah satunya, FX Harsono. Pada Desember 2014, seniman visual asal Jawa Timur ini menjadi salah satu pemenang Prince Claus Award.

Seniman visual keturunan Tionghoa asal Indonesia, FX Harsono, menerima plakat Prince Claus Award langsung dari sang pangeran asal Negeri Belanda, pada Desember 2014. (Dokumentasi www.fxharsono.com)
Sungguh membanggakan, nama FX Harsono disanding dengan seniman mancanegara, dari penari sampai sineas asal Vietnam, India, Peru, Turki, Chili, Guatemala, Brasil, dan Filipina. Foto saat ia menerima plakat dari Pangeran Claus dari Belanda menghiasi laman situs web-nya, fxharsono.com.

“Belum lagi seniman Tionghoa yang berprofesi sebagai perancang busana, pakar kuliner, sampai komikus. “Panjang sekali daftarnya. Jadi sumbangannya (bagi Indonesia) cukup besar,” kata Didi, peranakan Tionghoa yang mengaku tak lagi merayakan Imlek.

Di ranah seni budaya, menurut Didi, orang Tionghoa di Solo, Jawa Tengah, memiliki peran besar dalam menggagas tontonan rakyat dengan menyajikan wayang orang. Tak heran bila pertunjukan wayang orang sangat hidup di kota asal Presiden RI Joko Widodo.

Memasuki era Reformasi, diakui Didi, kaum Tionghoa di Indonesia jadi lebih berani dan terbuka dengan identitasnya. Tak lagi malu-malu, apalagi takut. Seperti pemain harpa Maya Hasan yang terang-terangan soal ayahnya, Mohamad Hasan, keturunan China.

“Ini perkembangan yang cukup menggembirakan,” kata Didi. “Orang tidak lagi takut dan malu menjadi Tionghoa selama bisa memberikan kontribusi bagi negeri ini. Kontribusi ini merupakan kontinuitas dari masa lalu hingga kini yang tidak berhenti.”

Perkembangan baik ini, diyakini Didi, tak terlepas dari peran pemerintah era Reformasi yang “memberikan wadah baru dalam kehidupan berkebangsaan, sehingga orang Tionghoa pun merasakan banyak sekali kemajuan dibanding era Orde Baru.”

Penulis buku biografi A.R. Baswedan, kakek Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Anies Baswedan, ini juga mengisahkan peleburan seni tradisional dengan budaya Tionghoa di perayaan Imlek pada masa lalu, awal abad ke-20.

“Dulu, perayaan Imlek lebih mengakar ke budaya, kerap dirayakan dengan menanggap wayang atau ronggeng, dan menurut saya ini lebih bagus,” kata Didi. “Tapi sekarang Imlek lebih bersifat komersil dan ala Hong Kong.”

Didi tak mengelak pengaruh kapitalisme global dalam perubahan perayaan Imlek di Indonesia. Bahkan, ucapan selamatnya pun berubah. “Dulu, bukan ‘gong xi fat chai,’ selamat sejahtera, melainkan ‘sin cun kiong hie,’ selamat musim semi.”



(vga/vga)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER