Seoul, CNN Indonesia -- Bocah berumur sembilan tahun bernama Kim Si-yoon itu seakan tidak punya banyak waktu untuk bertingkah seperti anak seumurnya.
Ia bangun tidur jam setengah delapan pagi untuk berangkat ke sekolah. Setelah sekolah usai, ia mengikuti latihan vokal, latihan menari dan les mata pelajaran, sebelum akhirnya kembali tidur pada tengah malam. Kim memang memiliki cita-cita sebagai bintang K-pop.
Ribuan anak muda di Korea juga memiliki cita-cita seperti Kim, setelah melihat penampilan bintang asal negara mereka, Psy, yang terkenal lewat lagu
Gangnam Style pada 2012. Mereka seakan tidak peduli terus menempa diri meski tidak memiliki waktu untuk diri sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari
Reuters pada Rabu (4/3), keinginan menjadi bintang K-pop ialah cita-cita yang diinginkan oleh 21 persen anak muda di Korea. Penampilan menarik, ketenaran dan kemewahan gaya hidup adalah tujuan utama hidup mereka.
Kim, yang baru duduk di kelas tiga sekolah dasar, mengaku sudah tahu apa saja pengorbanan yang harus ia lakukan untuk mengejar mimpinya itu.
“Ini memang berat. Jadi saya mencoba untuk menikmatinya agar saya bisa tampil lebih baik,” kata Kim, ketika ia hendak memulai latihan menarinya di cuaca yang sedang dingin saat itu.
Walau hanya berlatih, namun Kim tampil dengan sangat gaya. Ia memakai
legging bermotif berlian dan topi bisbol yang sedang digemari para artis K-pop.
Meja belajar Kim dipenuhi oleh foto boyband dan girlband K-pop kesukaannya. Sebuah
mic dan gitar berwarna pink tergantung di dinding kamarnya. Sepasang sepatu
high-heels berwarna hitam dengan motif bunga terlihat di lemari bajunya.
Ibu Kim, Park Sook-hee, mengantarnya ke Seoul untuk berlatih setiap waktu. Sang ibu sudah paham mengenai ambisi anaknya yang ingin menjadi artis K-pop terkenal.
“Kompetisinya sangat ketat. Ada banyak anak yang berbakat,” ujar Park, yang menghabiskan uang sebesar US$ 639 setiap bulannya untuk membayar biaya latihan vokal dan menari Kim.
Latihan yang Kim lakukan saat ini bertujuan untuk memuluskan jalannya lolos audisi manajemen K-pop, seperti YG Entertainment atau SM Entertainment. Jika Kim berhasil lolos, jadwal latihan yang lebih ketat sudah pasti akan menantinya. Belum lagi konsekuensi untuk meninggalkan bangku sekolah.
“Ia tahu segala konsekuensi tersebut, tetapi ia tidak bisa merencanakan apa pun selain berusaha lolos audisi sekarang,” kata Park.
Artis yang tobatJang Ha-jin diterima masuk ke manajemen SM setelah melalui audisi pada sepuluh tahun yang lalu.
Wanita muda tersebut mengaku setiap hari dalam seminggu “terperangkap” ke dalam jadwal sibuk manajemnnya selama tiga tahun.
Ia akhirnya mengundurkan diri karena merasa sudah tidak kuat lagi.
Jang kini sibuk melanjutkan pendidikannya di jurusan teknik yang sempat terhenti.
Kepada
Reuters, Jang menceritakan ketatnya persaingan antar sesama anggota manajemen.
Saat audisi para calon anggota tidak diperbolehkan menggunakan telepon selular. Setiap minggu, mereka harus tampil memukau di depan kamera.
Sejak mengikuti audisi Jang merasa rendah diri. Ia kerap membandingkan fisiknya dengan pesaingnya sehingga ia sering lupa bersyukur. Belum lagi ia harus bersaing untuk merebut hati para penilai.
Seluruh keadaan tersebut harus dijalani para calon anggota tanpa jaminan mereka akan masuk manajemen.
“Saya sangat stres. Saya menyadari kalau saya tidak beranjak dewasa dan terus berada di dalam lingkaran setan itu,” kata Jang yang kini berusia 23 tahun.
Kesuksesan yang manisKesuksesan memang baru bisa dirasakan oleh mereka yang diterima secara resmi oleh manajemen. Tidak hanya di Korea, mereka akan merasakan nikmatnya dielu-elukan di Tiongkok dan Jepang, karena saat ini K-pop memang sedang menjadi wabah baru di sana.
Untung besar pun diterima oleh pihak manajemen artis K-pop. Sejak demam tersebut melanda pada tahun 2009, pendapatan manajemen K-pop meningkat hampir dua kali lipat hingga sebesar US$ 730 juta pada tahun 2013, menurut data dari Bank Korea.
Sejumlah teman Jang yang dulu sempat melakukan audisi bersama kini tergabung dalam Girls' Generation dan telah merasakan sensasi kesuksesan bintang K-pop.
“Saya tahu mereka kelelahan, tetapi menurut mereka itu sebanding dengan kesuksesan yang didapat sekarang,” ujar Jang.
Dibalik kesuksesan ternyata memang ada pengorbanan, sekalipun mereka hanya bintang K-pop. Tapi belajar dari kisah banyak artis K-pop yang depresi lalu bunuh diri, rasanya kesuksesan menawarkan dua pilihan: mengikuti kata hati atau mengikuti kata manajemen.
(ard/ard)