Acara Realitas Televisi jadi Pemicu Bunuh Diri

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Rabu, 04 Mar 2015 21:05 WIB
Masyarakat Korea memang terbiasa bekerja keras di bawah tekanan. Mereka melakukan semua hal dengan sepenuh hati.
Tragedi tersebut memicu kritik tajam bagi acara realitas televisi yang bertema perjodohan itu. (Thinkstock/lofilolo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Saat ini, berita utama tentang bunuh diri bukan hal yang mengagetkan lagi di Korea. Dari politisi hingga mahasiswa bisa saja mengakhiri hidupnya hanya karena hal-hal yang dianggap orang lain sepele.

Masyarakat Korea Selatan memang terbiasa bekerja keras di bawah tekanan. Mereka melakukan semua hal dengan sepenuh hati, seperti menjalani pendidikan, karier hingga hubungan percintaan.

Dikutip dari artikel di situs web Salon pada 2014, sekitar 40 warga Korea bunuh diri setiap harinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kematian selebriti akibat bunuh diri mungkin menjadi berita yang paling disorot, karena mereka adalah sosok yang sepertinya tidak punya banyak masalah.

Pada Maret 2014, Korea digegerkan oleh aksi bunuh diri seorang kontestan wanita acara realitas televisi.

Yang menyedihkan, wanita berumur 29 tahun itu bunuh diri dengan cara menggantung dirinya dengan menggunakan kabel hairdryer di lokasi syuting acara realitas.

Seperti kebanyakan pelaku bunuh diri, wanita itu meninggalkan surat terakhirnya. Dalam suratnya, sang wanita menyatakan dirinya merasa lelah karena hidupnya terlalu penuh drama.

“Saya tidak ingin lagi melanjutkan hidup,” tulis sang wanita.

Tragedi tersebut memicu kritik tajam bagi acara realitas televisi yang bertema perjodohan itu.

Banyak pihak mengkritik acara tersebut membuat stres para pesertanya. Mereka bersaing untuk mendapatkan pasangan.

Sang wanita sempat mengatakan kepada kerabatnya, ia khawatir jika sang sutradara acara tersebut ingin memojokkan dirinya demi kepentingan acara.

Stasiun televisi yang menyiarkan acara tersebut, SBS, akhirnya menyudahi tayangan dan meminta maaf atas tragedi tersebut.

Sama seperti Tiongkok dan Jepang, Korea menjadi negara yang cukup tinggi angka bunuh dirinya, walau nyatanya negara-negara tersebut cukup maju dalam hal perekonomian.

Sejak dua dekade lalu, anak muda di Korea banyak yang melakukan bunuh diri karena takut tidak bisa menjadi sosok yang membanggakan, bergelimang harta, ketenaran dan kekuasaan, seperti teman-temannya.

Apalagi semenjak banyak anak muda yang mendapatkan jalan instan meraih ketenaran di dunia hiburan.

Untuk mengantisipasi berlanjutnya tragedi tersebut, kini banyak pihak yang mendorong agar sistem manajemen artis di Korea yang menjunjung tinggi “kesempurnaan” harus diubah.

Karena seperti yang diketahui, banyak artis K-pop yang melakukan aksi bunuh diri setelah terlibat persaingan untuk menjadi yang terbaik.

Sosiolog dari Universitas Pennsylvania Ben BC Park mengatakan, nilai-nilai “kesempurnaan” di Korea harus sedikit diturunkan.

“Keluarga seharusnya bisa sedikit melonggarkan norma-norma 'kesempurnaan,' sehingga para individu khususnya anak muda, bisa menghargai dirinya,” kata Ben seperti dikutip dari situs web Salon.
(ard/vga)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER