Jakarta, CNN Indonesia -- “Lepaskan rantai yang membelenggu. Nyalakan api dan lenteramu. Sampaikan mereka bara dan suara. Berlalu, lalu kini kau menunggu.” Koor penonton memenuhi sekujur Skeeno Hall, Gandaria City, Jakarta, saat grup band Barasuara beraksi di pertunjukan Music Gallery (Muga).
Koor menjadi semakin lantang saat Iga Massardi, gitaris dan vokalis, berlari meninggalkan panggung untuk mendekat ke arah penonton sembari mengacungkan
mic. Bersama, menyanyikan penggalan lagu
Api dan Lentara. Lagu pamungkas yang sukses memanaskan suasana.
Barasuara digawangi Iga Massardi, juga TJ Kusuma (gitar), Gerald Situmorang (bass), Marco Steffiano (drum), serta tiga penyanyi latar. Mereka menjadi penampil ke-lima, setelah grup band Bookstore Club, Selimut Cokelat, Circarama, Jirapah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak pintu Skeeno Hall dibuka selepas pukul dua siang, hanya segelintir penonton menyemut di depan panggung. Namun Bookstore Club dan Selimut Cokelat tetap beraksi maksimal. Menjelang sore, barulah kerumuman penonton bertambah banyak, saat Circarama dan Jirapah mulai beraksi.
Puncaknya, saat Barasuara naik ke atas panggung, pukul lima sore lewat beberapa menit, penonton semakin merangsek ke bibir panggung. Konser sebenarnya pun dimulai. Empat jam pertama perhelatan Muga dipanaskan oleh Barasuara.
Penonton mengelu-elukan nama personel, terutama Marco, sang penabuh drum. Iga, sekalipun bertampang
cool, sanggup melumerkan penonton dengan suara beratnya. Lagu demi lagu disambut meriah.
“Kami cuma punya delapan lagu,” kata Iga berkilah saat para penonton menagih
encore. Sebagian besar lagu Barasuara diciptakan oleh Iga, seperti
Tarintih, Bahas Bahasa, Semua Menjadi Abu. Kekhasan band ini: “memainkan musik dari Indonesia dengan bahasa Indonesia.”
Iga membentuk Barasuara pada 2011. Diakui, ia mengadaptasi pengaruh musik dunia, dari Afrika, Jepang, India, dan Inggris. Di laman akun Facebook Barasuara, Iga menyatakan keinginannya membawa musik Barasuara “menuju sebuah tempat di mana musik Indonesia menjadi semakin mendunia.”
Secara musikal, penampilan Barasuara sangat mumpuni. Berjubelnya penonton yang memenuhi Skeeno Hall menjadi bukti kesaktian para personel Barasuara dalam bermusik.
Iga, yang seperti biasa mengenakan kemeja batik, pun suka cita menyambut antusiasme penonton, “Antusiasme seperti inilah yang membuat saya tak ingin berhenti bermusik.”
(vga/vga)