Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai salah satu penulis ternama di Indonesia, Andrea Hirata ikut memberikan perhatian terhadap budaya
story telling yang dirayakan secara global Jumat (20/3) kemarin.
"
Story telling adalah salah satu tema yang harus dilirik lagi oleh penulis di Indonesia," kata Andrea kepada CNN Indonesia ketika ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta.
Story telling, menurut pengalaman Andrea punya beberapa ciri. Sangat jelas waktu dan lokasi kejadian ceritanya, jelas deskripsinya, jelas tujuan dan karakter dalam ceritanya, distingtif, dan mencoba menyasar semua umur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai penulis bergaya
story telling, Andrea mengaku sering dikritik. Namun ia mengaku sengaja memilih gaya itu. Sebab, penulis
Laskar Pelangi itu ingin menyampaikan pesan kepada pembaca secara lebih jelas dan menyambung.
Andrea menyayangkan sedikitnya penulis Indonesia yang menggunakan gaya itu. Padahal ia banyak menemukan karya penulis Indonesia yang akan lebih bagus apabila dibawakan dengan gaya
story telling. Namun, Andrea sadar bukan kapasitasnya mengkritisi karya sesama penulis.
"
Story telling dalam penulisan kisah fiksi harus lebih didemamkan lagi di Indonesia, para penulis dapat mencontoh Gabriel Garcia Marquez dan Antonio Skarmeta, mereka semua
story teller," kata Andrea menyebutkan idolanya.
Gabriel Garcia Marquez merupakan novelis asal Kolombia dan pemenang Nobel untuk Literatur pada 1982. Karyanya yang terkenal seperti
Hundred Years of Solitude (1967),
The Auntumn of the Patriarch (1975), dan
Love in the Time of Cholera (1985).
Sedangakan Antonio Skarmeta adalah penulis asal Cili yang memenangkan pernghargaan Chile National Prize for Literature pada 2014 lalu. Karyanya pada 1985,
Ardiente Paciencia atau
Ardent Patient, menjadi inspirasi film pemenang Oscar,
Il Postino (The Postman) pada 1994.