Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak pihak mengaku sebagai pengamat ataupun kritikus musik di Indonesia. Namun benarkah mereka memahami atau minimal mengetahui perkembangan musik Indonesia?
Hamdhan Syukrie alias Denny Sakrie membuktikan dirinya bukan hanya sekedar kritikus musik biasa. Pengetahuannya tentang musik Indonesia membuatnya layak disebut "Kamus Musik Indonesia Berjalan" seperti yang disebut oleh sahabat-sahabatnya.
Pria yang lahir pada 14 Juli 1963 itu pun tak segan memberikan pengetahuan musiknya kepada pihak yang memang ingin belajar banyak mengenai musik di tanah air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu terlihat dari tulisan-tulisannya dalam buku "100 Tahun Musik Indonesia", karya terakhir sebelum ia pergi untuk selamanya pada awal tahun ini.
Mungkin buku ini hanya sekedar kumpulan informasi mengenai sejarah musik Indonesia yang sanggup membuat ngantuk siapapun ketika membacanya.
Namun, mengingat minimnya dokumentasi sejarah musik negeri di ini, pantaslah jika buku ini dianggap sangat bernilai.
Dibuat dengan desain kontemporer dan tata letak yang membuat anak muda tertarik untuk melihat, ditambah dengan tulisan Denny yang lugas, ringan, dan komunikatif, menjadikan buku ini lebih menarik dari sekedar buku sejarah.
Pengamat musik yang kehidupannya jauh dari hingar bingar dunia hiburan ini membeberkan babak demi babak perkembangan musik Indonesia. Mulai dari terbentuk pada awal 1900, zaman perjuangan kemerdekaan, orde lama, orde baru, hingga era 2000-an.
Denny juga membahas mengenai kiprah beberapa musisi legendaris, sehingga membuat buku ini menjadi lebih kaya.
Mantan penyiar radio ini pun membahan tren-tren yang sempat melanda musik Indonesia, salah satunya adalah kehadiran ajang pencarian bakat musik.
"Elemen utama yang menjadi penilaian ajang Bintang Radio ini adalah kemampuan vokal secara prima dan ekspresi menyanyi. Saat itu, kemampuan menyanyi dengan 'suara emas' adalah tuntutan mutlak. Tak heran jika kualitas vokal para penyanyi tempo dulu sangat unggul," tulis Denny dalam halaman 36.
Rasanya buku ini terlalu ringkas untuk menggambarkan langkah-langkah sejarah musik Indonesia, walau lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
Meski belum sepenuhnya ditulis, namun usaha Denny diakui para musisi sebagai tonggak dasar dokumentasi musik Indonesia yang akan diteruskan oleh para penerusnya.
Sebagai peninggalan sejarah, buku setebal 165 halaman ini layak dibaca untuk siapa saja yang mengaku cinta musik Indonesia.
"Buku ini diperuntukkan bagi mereka yang mencintai musik negerinya. Bangga Musik Indonesia!" ujar Denny seperti yang tertulis dalam bukunya.
(ard/ard)