Jakarta, CNN Indonesia -- Saat banyak orang lain berlomba narsis, tidak demikian halnya dengan Sia. Penyanyi asal Adelaide, Australia, ini tetap setia pada ciri khasnya: sembunyi di balik wig lebat yang menutupi wajah.
Begitu pun saat tampil perdana di sebuah stasiun televisi Australia, di acara pagi bernama
Sunrise, Sia tetap tampil aneh. Mengenakan pakaian seperti kimono, namun kepalanya dihiasi aksesori rumbai-rumbai yang menutupi mukanya.
Komposisi warna kimononya saling bertabrakan, namun tetap
eye-catching. Makin menarik saat menyanyikan lagu
hits-nya
Chandelier, diiringi alunan piano dan biola.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Gambas:Video CNN]Ketertutupan Sia membuat penasaran dari sang pembawa acara, Samantha Armytage. Ia menanyai nomine Grammy tersebut mengapa menjauhi sorotan media.
"Karena sorotan itu membuat saya merasa diburu," kata Sia. "Anda seperti merasa menjadi mangsa dan mereka adalah predator, dan Anda tengah diburu. Apakah Anda ingin menghabiskan hidup seperti itu? Saya rasa tidak."
Setelah tampil dengan pakaian nyentrik untuk
Chandelier, Sia juga menampilkan lagu kedua yang menjadi single ke-tiganya,
Big Girls Cry, dari album
1000 Forms a Fear.Membawakan lagu tersebut, Sia mengenakan pakaian serba hitam dengan topi hitam plus rambut pirang tambahan yang tentu saja menutupi muka Sia. Pakaian tersebut dibuat oleh Josh Goot dan Carla Zampatti.
(end/vga)