Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari 20.000 pasang tangan milik anak-anak hingga dewasa bergerak lincah memainkan instrumen tradisional angklung saat digelar Harmony Angklung For The World di Stadion Siliwangi Bandung, Jawa Barat, kemarin pagi (23/4).
Antusias, mereka mengikuti arahan konduktor dan menggerakkan angklung dengan teknik kurulung, centok, tengkep, sinambung. Hingga lagu
We Are the World, juga
Ibu Pertiwi dan
Padamu Negeri yang mereka bawakan pun mengalun indah.
Terbuat dari bilah bambu, angklung sangat populer di Tanah Pasundan. Bentuk dan cara memainkan instrumen bernada ganda ini pernah disinggung Jonathan Rigg dalam Dictionary of the Sunda Language yang diterbitkan di Batavia, pada 1862.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak lima tahun lalu, angklung telah ditabalkan sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO. Dimainkan secara massal, angklung menjadi alat diplomasi sekaligus promosi budaya Indonesia di mata dunia.
Acara yang digelar untuk mendukung Peringatan Ke-60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Kota Kembang ini dihadiri Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, juga Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
"Penghargaan ini, saya dedikasikan untuk semua yang hadir di Stadion Siliwangi Bandung. Untuk Kota Bandung, untuk Jawa Barat, untuk Indonesia dan untuk semua masyarakat," ujar Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil.
Aksi musikal massal ini pun dicatat Museum Rekor Dunia Indonesia, dan disaksikan Guinness World Records. “Ini bukan hanya rekor Indonesia, tapi dunia,” kata Wakil Direktur Museum Rekor Dunia Indonesia Oscar Semesta Susilo.
"Angklung ini temanya kebersamaan, tidak pernah angklung dimainkan sendirian,” Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menambahkan. “Angklung ini alat musik lambang kebersaman. Kebersamaan itu adalah kebersamaan Asia Afrika.”
(vga/vga)