Jakarta, CNN Indonesia --
Karier Emma Watson melesat bak komet Halley ketika membintangi film Harry Potter bersama Daniel Radcliffe dan Rupert Grint. Semenjak itu, wajah imut sekaligus jutek Watson pun semakin sering menghiasi Hollywood, di antaranya adalah film
Noah dan
Beauty and the Beast.
Namun siapa sangka bila Watson mengidap sebuah sindrom bernama Imposter Syndrom. Hal itu terungkap ketika dirinya diwawancara oleh majalah Vogue Inggris.
Imposter Syndrome adalah suatu kondisi fenomena psikologi yang membuat sang penderita tidak percaya telah meraih kesuksesan, dan "terpaksa" berpura-pura menjadi orang lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika saya menerima penghargaan atas akting saya, saya merasa benar-benar tidak nyaman. Saya merasa tidak pantas menerimanya," kata Watson seperti yang dilansir dari
Vogue Inggris, pada Selasa (4/8).
Selain mereguk kesuksesan komersil melalui Harry Potter, Watson juga meraih beragam penghargaan atas kualitas aktingnya. Beberapa kali ia memenangkan penghargaan seperti MTV Movie Awards dan Teen Choice Awards, pada 2013, dan puluhan nominasi lain sepanjang berkarier.
Alumni Brown University tersebut bahkan tak pernah benar-benar mengingat kapan dirinya mulai berakting, ataupun sadar memiliki bakat berakting.
"Ini sesuatu yang berkecamuk dalam diri saya, saya kembali dan menanyakannya kepada orang tua saya. Dahulu, ketika saya muda, saya hanya melakukannya saja, begitu saja." kata Watson.
Watson sering mengalami salah satu efek Imposter Syndrom: tak menyadari apa yang tengah dilakukannya, bahkan ketika ia mengisi pidato di kantor pusat PBB di New York, beberapa waktu lalu.
Malam sebelum pidato tersebut, ia sempat merenung dalam kamarnya dan dilanda ketakutan apa yang akan dilakukan olehnya esok pagi. Beruntungnya, ia kembali tenang setelah bercakap dengan temannya melalui Skype.
Kini, ia merasa sudah mengetahui apa yang tengah ia lakukan. Dan untuk hal tersebut, ia sudah merasa damai. Kedamaian tersebut juga ikut dirasakan oleh sekelilingnya.
(ard/vga)