Penampilan Disambut Tepuk Tangan, Isyana Kebingungan
Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 27 Agu 2015 09:35 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Menjadi pendatang baru yang langsung menjadi perbincangan di berbagai media butuh adaptasi lebih bagi Isyana Sarasvati. Mendapat sambutan penonton di awal penampilannya saja membuat pelantun Tetap dalam Jiwa itu bingung.
"Saya kan, lebih banyak tampil di acara musik klasik yang memang lebih banyak diam. Nah, di awal-awal saat saya baru ingin tampil justru diberi tepuk tangan, saya malah bingung ini ada apa, sih?" kata Isyana kepada CNN Indonesia di Gandaria City, Jakarta, baru-baru ini.
Keheranan Isyana bukan tanpa sebab. Sejak berusia empat tahun ia memang lebih banyak belajar musik klasik dari sentuhan sang ibunda. Kemampuannya itu terus dikembangkan dengan belajar beragam instrumen seperti piano, elekton, seruling, biola, dan saksofon.
Di usianya yang ke-16, Isyana mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Singapura untuk studi Music Performance di Nanyang Academy of Fine Arts. Setelah rentetan prestasi, ia kembali mendapat beasiswa dari NAFA bekerja sama dengan the Royal Collage of Music, London.
Isyana lebih fasih soal pertunjukkan opera dan musik klasik. Ia pernah mengisi dalam Opera La Princesse Jaune (2014) di Singapura, acara Grand Premiere Opera Clara bersama Ananda Sukarlan & Orchestra di Singapura, serta sederet pengalaman pertunjukkan opera lainnya.
"Kalau di musik klasik kan, memang kondisi penontonnya diam, jadi saya justru senang kalau penonton yang melihat saya itu diam, karena saya bisa bermain dulu," kata Isyana.
Namun kini ia bukan hanya penyanyi klasik. Pilihan untuk terjun ke dunia musik secara komersil atau pop, telah ia rintis sejak tahun lalu. Berbagai penampilannya pun berhasil menyedot perhatian khalayak. Isyanation, sebutan penggemarnya, mulai membeludak.
Uniknya, sebagaimana gadis yang dipuja lelaki, ada saja penggemar yang beraksi "menyatakan cinta." Bahkan itu dilakukan saat sang biduan berada di atas panggung. Tapi lagi-lagi, Isyana masih awam dengan sambutan seperti itu.
"Belum ada yang aneh-aneh sih, cuma seperti tadi saja, ada yang bilang 'I love you.' Itu baru tadi pertama kalinya," jawabnya polos.
(rsa/vga)
"Saya kan, lebih banyak tampil di acara musik klasik yang memang lebih banyak diam. Nah, di awal-awal saat saya baru ingin tampil justru diberi tepuk tangan, saya malah bingung ini ada apa, sih?" kata Isyana kepada CNN Indonesia di Gandaria City, Jakarta, baru-baru ini.
Keheranan Isyana bukan tanpa sebab. Sejak berusia empat tahun ia memang lebih banyak belajar musik klasik dari sentuhan sang ibunda. Kemampuannya itu terus dikembangkan dengan belajar beragam instrumen seperti piano, elekton, seruling, biola, dan saksofon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Isyana lebih fasih soal pertunjukkan opera dan musik klasik. Ia pernah mengisi dalam Opera La Princesse Jaune (2014) di Singapura, acara Grand Premiere Opera Clara bersama Ananda Sukarlan & Orchestra di Singapura, serta sederet pengalaman pertunjukkan opera lainnya.
Namun kini ia bukan hanya penyanyi klasik. Pilihan untuk terjun ke dunia musik secara komersil atau pop, telah ia rintis sejak tahun lalu. Berbagai penampilannya pun berhasil menyedot perhatian khalayak. Isyanation, sebutan penggemarnya, mulai membeludak.
Uniknya, sebagaimana gadis yang dipuja lelaki, ada saja penggemar yang beraksi "menyatakan cinta." Bahkan itu dilakukan saat sang biduan berada di atas panggung. Tapi lagi-lagi, Isyana masih awam dengan sambutan seperti itu.
"Belum ada yang aneh-aneh sih, cuma seperti tadi saja, ada yang bilang 'I love you.' Itu baru tadi pertama kalinya," jawabnya polos.
(rsa/vga)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL
TERKAIT
TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK