Jakarta, CNN Indonesia -- “Wow. Hai, Kopral. Kopral siapa?” tanya beberapa perempuan, seperti waria, dengan nada bergenit-genit. Tak lama kemudian, sekelompok lelaki berteriak cadas, ”Kopral Jono.”
Lantas, dimulailah lagu lawas
Kopral Jono karya Ismail Marzuki tersebut dengan aransemen dangdut koplo bercampur rock oleh Chaplin Band.
Aransemen "gado-gado" dangdut wilayah pesisiran dengan rock berhasil menciptakan lagu baru yang kocak, usil dan dinamis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubahan baru dari Chaplin Band itu membuat pendengar menggoyangkan jempol sekaligus
headbanging dan berteriak kencang ala
rocker.
Aransemen tersebut sangat berbeda dengan lagu
Kopral Jono yang sempat dipopulerkan oleh penyanyi lawas era '70-an, Henny Purwonegoro. Lagu ala Henny tampak lebih mendayu-dayu dan penuh romantika.
Lagu
Kopral Jono hasil aransemen baru Chaplin Band merupakan salah satu dari 11 lagu dalam album
The Harmony of Ismail Marzuki, yang merupakan sumbangan karya dari beberapa musisi di bawah bendera Masyarakat Peduli Indonesia (MPI).
Lagu-lagu dari album tersebut lantas ditampilkan dalam acara Konser Amal di Jakarta, pada Selasa (25/8) malam.
Beberapa musisi, seperti di antaranya Reza "The Groove," Maera, Nina Tamam, Fla dan Rieska Roslan "The Groove" membawakan lagu lawas Ismail dengan aransemen baru, seperti misalnya S
abda Alam, Melati di Tapal Batas, Rindu Lukisan, dan
Gugur Bunga.
“Bagi gue, lagu-lagu klasik Ismail Marzuki keren
abis. Dia terus lekang sampai kapan pun orang enggak pernah bosan mendengarkan,” kata Reza saat ditemui CNN Indonesia sesaat sebelum pementasan.
Reza bersama beberapa musisi yang tergabung dalam Mahija—Kadek Rahardika, Rama Moektio, Iskandar, Estu Pradhana dan Jalu G. Pratidina—mengaransemen lagu
Rindu Lukisan dalam alunan jazz dalam album
The Harmony of Ismail Marzuki.Bagi Reza, tantangan utama dalam mengaransemen lagu klasik Ismail adalah membuatnya tetap bisa dinikmati oleh pendengar masa kini, tanpa melenyapkan roh Ismail Marzuki.
Reza berhasil melakukannya dalam lagu
Rindu Lukisan yang terdengar lebih ringan dan menyenangkan dari
Rindu Lukisan era '70-an.
Meski demikian, di lagu
Gugur Bunga, esensi dan ruh lagu perjuangan khas Ismail Marzuki tidak tampak kuat meski aransemennya sudah mencampurkan musik tradisional Sunda dan rock. Vokal pesinden Netta Kusumahdewi terdengar kurang menyatu dengan vokal Reza.
Album
The Harmony of Ismail Marzuki diproduksi oleh MPI untuk mengabadikan kembali kembali karya-karya Ismail Marzuki.
Ada 11 lagu yang diaransemen ulang dengan berbagai
genre berbeda seperti dangdut, rock, pop, groove, dan jazz. Beberapa lagu yang populer adalah
Aryati, Rindu Lukisan, Kopral Jono, Sepasang Mata Bola, Sabda Alam, Melati di Tapal Batas, dan
Indonesia Pusaka.
Tujuan pembuatan album ini, menurut Reza yang juga menjadi salah satu produser, adalah mengabadikan karya Ismail sebagai sosok komposer besar di Tanah Air.
Dengan musik gubahannya, Ismail dianggap andil dalam mengobarkan semangat perjuangan dan nasionalisme kepada generasi muda pada saat itu.
Album tersebut dicetak sebanyak 3.000 kopi dan dijual dalam bentuk kepingan
compact disc yang dijual Rp50.000.
Hasil penjualan album digunakan untuk membiayai program sosial MPI di berbagai daerah sedangkan
royalty seluruhnya diberikan kepada Rachmi, putri tunggal almarhum Ismail Marzuki yang hidupnya kesusahan.
(ard/vga)