Jakarta, CNN Indonesia -- Dibanding negara Asia lain, China terbilang paling ketat dalam memberlakukan peraturan industri perfilmannya. Bukan hanya sekali dua kali Negeri Tirai Bambu melarang penayangan film di bioskop.
Badan Sensor Film Indonesia saja masih meluluskan film
Brokeback Mountain (2005) sekalipun banyak guntingan di sana sini. China sama sekali melarangnya, sekalipun film ini digarap oleh sutradara kelahiran Taiwan, Ang Lee.
Brokeback Mountain mengisahkan tentang romansa dua koboi homoseksual. Walaupun garapan indah Lee ini diganjar sejumlah penghargaan bergengsi, dari Oscar sampai Golden Globe, toh industri film China tak bergeming.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film lain yang bernasib sama, yaitu
The King and The Clown (2007) produksi Korea serta
Django Unchained (2013) karya Quentin Tarantino. Film yang disebut terakhir ini dicekal karena ada adegan telanjang Jamie Foxx.
Selama ini, industri sinema China nyaris tak mengenal pemeringkatan atau
rating karena semua film yang ditayangkan di bioskop setempat harus layak tonton segala usia, atau dengan kata lain film keluarga.
Namun kini, angin segar berembus di ranah sinema China.
Variety mengabarkan, film bertema homoseksual pertama,
Seek McCartney (sebelumnya berjudul
Looking for Rohmer), bakal tayang di bioskop pada musim dingin tahun ini.
“Ini merupakan langkah kecil bagi regulasi dan langkah besar bagi sineas.” Demikian cuitan suka cita sang sutradara Wang Chao via akun media sosial lokal Weibo sebagaimana dikutip Variety.
Seek McCartney didukung oleh produser sekaligus penyandang dana asal Perancis, Olivier Aknin. Karena itu, dibintangi aktor kedua negara, Han Geng dan Jeremie Elkaim, yang berperan sebagai pasangan homoseksual.
[Gambas:Youtube]Baik Hollywood Reporter maupun MTV, sama-sama membahas soal pergeseran budaya yang mungkin terjadi di China. Sebab bila tidak, mustahil regulasi yang semula begitu ketat bisa meluwes hanya gara-gara satu film karya Chao.
“Ini memang tak mudah, namun melegakan,” cuit Chao. Sebagai sutradara, ia tergolong “kelas kakap.” Salah satu karyanya,
Fantasia merambah seleksi Un Certain Regard di Festival Film Cannes, pada 2014.
Chao memang patut merasa lega. Sebab rekan seprofesi, Baoping Cao, tak seberuntung dirinya. Film karyanya,
The Dead End, yang menampilkan adegan ciuman dua aktor tak lulus sensor pada awal tahun ini.
Lulusnya
Seek McCartney dari badan sensor setempat dipandang penulis naskah film dan kritikus Cheng Qingsong, seperti dikutip sebuah tabloid setempat, sebagai langkah besar kemajuan industri film China.
“
Seek McCartney, film China pertama bertema homoseksual yang digarap secara bernalar,” katanya. Banyak pihak berharap, film ini mampu meretas diskriminasi terhadap kaum homoseksual di China.
“Kami menyambut baik era baru keberagaman dan LGBTQI,” kata Xiaogang Wei, penggawang siaran web
Queer Comrades, kepada The Hollywood Reporter. Akronim tersebut merujuk Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer or Questioning, and Intersex.
Namun Fan Popo, sutradara yang berdomisili di Beijing dan aktivis LGBTQI, menyangsikan keberagaman sungguh-sungguh berlaku di China yang selama ini menghalang-halangi aktivitas kampanye atau acara kaum homoseksual.
“Faktanya,
Seek McCartney bakal dirilis di bioskop. Tapi bukan berarti kelak film-film homoseksual juga mudah dirilis di China,” kata Fan Popo kepada Associate Foreign Press. “Lagipula, peraturannya sendiri belum jelas dan stabil.”
(vga/vga)