Gambaran Dua Zaman yang Berbeda dalam Film 'The Intern'

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Sabtu, 26 Sep 2015 08:20 WIB
Siapa sangka, sapu tangan yang dibawa ke kantor dapat menjadi senjata 'modus' untuk memenangkan hati wanita?
Siapa sangka, sapu tangan yang dibawa ke kantor dapat menjadi senjata 'modus' untuk memenangkan hati wanita? (Dok. Warner Bros)
Jakarta, CNN Indonesia -- “Sapu tangan diciptakan untuk wanita, itu tindakan lelaki sejati yang anak zaman sekarang seperti kalian lupakan," kata Ben Whittaker.

Ucapan Robert De Niro saat memerankan seorang lelaki pensiunan yang bekerja kembali sebagai karyawan magang menunjukkan betapa jauhnya perbedaan zamannya dengan masa kini. Semua terekam dalam film komedi Warner Bros terbaru, The Intern.

Robert De Niro pada awalnya menikmati kehidupan laki-laki pensiunan berusia 70 tahun bernama Ben Whittaker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak ia pensiun dari pekerjaan yang sudah dilakoni selama 40 tahun, ditambah dengan kematian sang istri, Ben menikmati hari tua dengan berkeliling dunia, ikut kelas taichi, membaca koran, dan juga hadir dalam upacara kematian.

Kemudian ia sadar bahwa dirinya bosan dengan kehidupan masa tua. Suatu hari, ia tertarik untuk mengikuti sebuah program magang untuk para senior di sebuah perusahaan fesyen. 

Perusahaan jual-beli pakaian itu dipimpin oleh seorang wanita muda, Jules Ostin yang diperankan oleh Anne Hathaway.

Perkembangan bisnis milik Jules membuat dirinya semakin larut dalam kesibukan hingga kebersamaan dengan anak dan suaminya menjadi berkurang. Namun, ia masih berusaha untuk menyeimbangkan itu semua walaupun dirinya menjadi sosok yang pengatur, tertutup, dan super sibuk.

Ben dengan pengalaman kerja luar biasa dan sikap yang sangat profesional pun diterima dalam perusahaan Jules. Ia ditempatkan sebagai astisten pribadi sang nyonya bos, posisi yang dijauhi oleh seluruh orang di kantor.

Pengalaman berpuluh tahun menjadikan Ben menjadi sosok profesional meskipun gaya kantor lama tak dapat ia lepaskan. Sempat kerepotan dengan kecanggihan teknologi yang asing bagi dirinya, perlahan-lahan ia mulai terbiasa dan menjadi sahabat bagi sesama rekannya.

Porsi Peran yang Pas

Robert De Niro dan Anna Hathaway memerankan masing-masing karakternya dengan sangat baik. Melihat sosok De Niro menjadi pensiunan yang masih membawa sapu tangan, tas koper kotak keluaran 1973, hingga kalkulator mirip yang ada di toko elektronik di Glodok, seolah mengingatkan akan sosok ayah yang begitu perhatian dan bertanggung jawab akan keluarganya.

Hathaway pun memerankan porsinya dengan sangat baik. Tak ada lagi raut-raut Princess Diaries yang lekat dengannya. Ia tumbuh menjadi sosok wanita karier yang sukses, meski menyimpan berbagai masalah di dalam dirinya.

Pengalaman Hathaway berakting dalam perusahaan mode di the Devil Wears Prada (2006) menjadi jurnalis mode sekaligus asisten pribadi Meryl Streep yang kejam tampaknya sedikit banyak membawa pengaruh dalam aktingnya kini.

De Niro dan Hathaway adalah dua sosok bintang akting yang tumbuh dan besar pada era yang jauh berbeda. De Niro begitu terkenal dengan aktingnya sebagai Vito Corleone dalam The Godfather 2 pada 1974 silam, 27 tahun lebih awal dengan Hathaway menjadi putri dadakan dalam the Princess Diaries (2001).

Butuh usaha lebih dalam menyatukan chemistry antara keduanya dalam satu alur cerita film. Tampaknya usaha tersebut masih kurang terlihat dalam The Intern. De Niro dan Hathaway memang memiliki kualitas akting yang prima secara individu, namun keduanya tidak 'bersatu' secara solid dalam cerita yang dinarasikan.

Ketika melihat film ini adegan demi adegan, penonton akan sulit mendefinisikan hubungan yang terjalin antara Ben dan Jules. Satu sisi mereka tampak seperti bos dan karyawan, sisi lainnya sebagai sahabat, namun dalam adegan yang lain tampak seperti ayah-anak, dengan romansa yang absurd untuk posisi itu.

Namun, yang menarik dari film ini adalah kepintaran Nancy Mayers dalam menyusun cerita penggabungan budaya kerja era orang tua dengan anak muda saat ini. Memang aneh pada awalnya melihat De Niro mengenakan setelah jas berdasi rapih ditambah norma dalam berelasi yang formal, di tengah-tengah budaya kerja zaman sekarang yang lebih santai dan serba memanfaatkan teknologi.

Tetapi, budaya 'kuno' yang dibawa oleh De Niro ternyata menjadi solusi dalam permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat teknologi zaman sekarang, terutama dalam masalah bersosialisasi dan menjalin hubungan. Siapa sangka, sapu tangan yang dibawa ke kantor dapat menjadi senjata 'modus' untuk memenangkan hati wanita?

Secara umum The Intern memberikan gambaran menarik tentang betapa jauhnya dunia telah berubah antara zaman orang tua dengan kita. Anak patut untuk mengambil pelajaran dari pengalaman orang tuanya, dan orang tua pun harus berbesar hati menerima perubahan zaman yang menjadi tempat anaknya tumbuh.

[Gambas:Youtube] (ard/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER