Cerita Pembunuhan Bob Marley Ukir Sejarah di Man Booker

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Kamis, 15 Okt 2015 15:25 WIB
Meski dipenuhi sumpah serapah, logat dan bahasa populer Jamaika, serta obat-obatan terlarang, novel Marlon James itu memukau para juri.
Marlon James, pemenang Man Booker 2015. (REUTERS/Neil Hall)
Jakarta, CNN Indonesia -- Marlon James menjadi orang Jamaika pertama yang menang dalam penghargaan buku fiksi Man Booker. Pemenang diumumkan pada Selasa (13/10) lalu. Buku yang berhasil membawa namanya, A Brief History of Seven Killings, diinspirasi dari usaha penbunuhan raja reggae, Bob Marley.

Novel setebal 686 halaman itu mengisahkan sekelompok anak minoritas pecandu kokain yang memegang senjata otomatis. Mereka mencoba membunuh Marley di Jamaika pada 1976 sebelum ia menggelar konser perdamaian, namun gagal.

Novel ditulis dengan banyak logat daerah Jamaika serta istilah populer setempat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jamaika benar-benar punya tradisi literatur yang kaya, rasanya sedikit aneh menjadi yang pertama dan saya harap saya bukan yang terakhir. Saya pikir saya tidak akan menjadi yang terakhir," kata James, dikutip Reuters.

Ia membaca saat ini sedang terjadi gejolak kreativitas yang berani. "Saya berharap itu membawa lebih banyak perhatian tentang apa yang dihasilkan Jamaika dan Karibia," katanya.

Penulis berusia 44 tahun itu mengaku terinspirasi menulis oleh sang ayah. Dalam perjalannya, ia tak langsung beruntung berada di puncak. Salah satu buku James pernah ditolak penerbit bahkan sampai 70 kali. Tak bisa dipungkiri, ia hampir menyerah saat itu.

Namun suatu waktu, mendadak bukunya diterbitkan. James pun merasakan bagaimana suaranya bisa sampai ke publik Jamaika. "Para penyanyi reggae adalah yang pertama mengenali bahwa suara yang keluar dari mulut kami adalah suara fiksi yang sah," James mengatakan.

Suara James itu juga memukau para juri Man Booker, seperti disampaikan pengarang dan akademisi Michael Wood. Ia merupakan kepala dari lima juri yang memilih sang jawara dari enam judul novel dalam daftar pendek bukunya. Semakin dibaca, bukunya semakin menarik.

Dalam wawancara dengan Gawker Review of Books, James berkata novel ke-tiganya itu dibuat dengan melanggar banyak aturan penulisan yang kini ia ajarkan kepada para mahasiswanya di Macalester College, St. Paul, Minnesota. James kini tinggal dan mengajar di kota itu.

"Sebagian hal dari buku itu, saya larang mahasiswa saya untuk melakukannya. Ada tujuh halaman kalimat di buku itu. Bahkan ketika buku itu berakhir, itu tiba-tiba berakhir."

Wood mengakui itu. Namun, ia tetap merekomendasikan A Brief History of Seven Killings untuk mereka yang ingin perbedaan. "Itu mungkin kontroversial, tapi jika Anda secara sederhana menyaring sumpah serapah, obat, dan hal-hal semacamnya dari konteks buku, itu akan jadi lebih baik," tutur Wood.

Man Booker merupakan penghargaan fiksi yang sudah berusia 47 tahun. Sebelumnya penghargaan itu pernah mampir ke tangan Salman Rushdie, Hilary Mantel, Margaret Atwood, dan JM Coetzee. Hadiahnya US$76 ribu atau Rp1 miliar.

Namun uang bukan segalanya. Yang lebih penting dari itu adalah lebih dikenal di dunia buku. Penghargaan itu juga akan mendorong penjualan. Pemenang tahun lalu adalah penulis Australia Richard Flanagan. Bukunya yang menang, The Narrow Road to the Deep North tercatat telah terjual 800 ribu kopi di seluruh dunia. (rsa/vga)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER