Jakarta, CNN Indonesia -- Bakat-bakat baru terus bermunculan. Tak sebatas kelompok vokal atau grup band, juga solois. Di satu sisi, kehadiran mereka meramaikan ranah musik, dan di sisi lain menjadi ancaman bagi senior.
Namun menurut Marcell Siahaan, serbuan para junior di ranah musik tidak menjadi masalah selama ia masih berfokus dengan pekerjaannya sebagai musisi merangkap solois yang punya ciri khas.
"Lucunya, saya menjaga eksistensi saya itu dengan berkonsentrasi pada kerjaan dan apa yang saya lakukan," kata Marcell saat menghadiri ulang tahun pertama CNN Indonesia.com, Jakarta, pada Selasa (20/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, dukungan tim mumpuni, yang mengurusi manajemen sampai musikal, juga menguntungkan posisi Marcell sepanjang meniti karier sebagai musisi maupun solois yang namanya telah berkibar.
"Saya benar-benar dikarunia sebuah tim yang mengerti saya mau apa," kata si pemilik nama asli Marcellius Kirana Hamonangan Siahaan. "Jadi kita bisa jalan bareng ke satu titik atau tujuan yang sama."
Nah, untuk urusan menjaga eksistensi, dengan serius pelantun
Firasat dan
Semusim ini menegaskan, konsep "kompetisi" harus dibuang jauh-jauh.
"Saya benar-benar membuang jauh konsep kompetisi. Saya tidak peduli dengan adanya kemunculan musisi solois baru," Marcell menegaskan. "Saya tidak mau melihat musisi solois baru itu sebagai pesaing saya."
Marcell mengungkapkan bahwa ia melihat musisi solois seperti Afgan, Tulus atau Kunto Aji sebagai
influence atau pengaruh.
"Saya melihat mereka sebagai
influence saya, dan hal itu jauh membuat diri saya tenang. Saya tidak mau dikompetisikan dengan mereka," dia menceritakan.
Menurutnya, penganugerahan penghargaan atau
award itu tidak seberapa penting, namun apresiasi masyarakat terhadap karyanya lah yang dianggap sebagai hal utama.
"Saya diapresiasi saja sudah syukur, saya tidak
mikirin dapat penghargaan berapa banyak," dia menambahkan. "Saya nggak punya target apa-apa."
Ia menjelaskan, bahwa motivasi untuk menunjang kariernya dapat datang dari segi apa saja. Ia mencontohkan, "Dengan mengetahui kekurangan diri kita apa, kita sudah dapat memotivasi diri kita sendiri."
Obrolan pun menjurus makin serius, kala Marcell menyatakan, "Kita enggak perlu menghancurkan orang lain untuk dapat motivasi. Menaikan harga diri kita untuk menjelekkan orang lain, hal itu sangat tidak benar."
"Buat apa? Nggak perlu lah!" imbuh Marcell dengan gaya khasnya. "Saya tidak mau berkompetisi dengan orang lain."
(vga/vga)