Seni Digital, dari Animasi sampai Robot

Dhio Faiz | CNN Indonesia
Minggu, 08 Nov 2015 17:51 WIB
Berbagai karya seni digital dipamerkan di Bandung International Digital Arts Festival (BIDAF) 2015, 6 sampai 8 November 2015.
Bandung International Digital Arts Festival 2015. (Dok. BIDAF 2015)
Bandung, CNN Indonesia -- Robot selama ini identik dengan dunia teknologi. Berbicara, mengambilkan barang, sampai membersihkan rumah. Namun di tangan seniman, robot bukan sekadar benda yang bisa bergerak membantu kegiatan manusia.

Robot juga bisa menjadi wadah karya seni.

Itu terlihat dalam helatan festival seni digital bertajuk Bandung International Digital Arts Festival (BIDAF), 6 hingga 8 November 2015 di Landmark, Braga, Bandung. Karya seni digital dipajang dipamerkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gelaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) yang bekerja sama dengan seniman senior Franki Raden ini menghadirkan lebih dari 30 seniman digital, baik dari dalam ataupun luar negeri.

Karya-karya mereka dipamerkan di sepanjang lorong menuju ruangan utama.

"Ini semua kami yang pilih, ada tim kurasinya. Setiap karya mewakili perkembangan seni digital. Ada yang seni robot, animasi, ada digital art biasa," tutur Franki kepada CNN Indonesia pada hari terakhir BIDAF, Minggu (8/11).

Franki menyebut BIDAF 2015 merupakan bagian dari rangkaian festival seni yang dihelat Pemprov Jabar. Selain di Bandung, ada dua festival lain, di Cirebon dan Bogor. Ketiganya mengangkat kesenian yang berkembang di masing-masing daerah.

Acara itu digelar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesenian.

Di Cirebon, Pemprov Jabar dan Franki membuat festival seni yang lebih tradisional. Di Bogor, temanya lingkungan, dan digelar di Taman Buah Mekarsari.

Sementara di Bandung, konsep seni digital dipilih karena kultur masyarakat yang dekat dengan teknologi. Lewat BIDAF, Franki ingin menyadarkan masyarakat teknologi akan menjadi tumpuan di masa mendatang.

"Ini momentum baik memperkenalkan digital ke masyarakat luas. Digital tak hanya seni. Mereka menggunakan teknologi setiap hari," ucap pria yang biasa disapa Om Franki ini.

Franki melanjutkan, "Mereka harus mengerti, bukan hanya menggunakan, tapi juga bagaimana membuatnya. Jangan hanya jadi pengguna, tapi harus bisa jadi pembuat."

Festival kesenian populis

Agar lebih bisa bmencapai tujuan memperkenalkan seni digital ke masyarakat, Franki mendesain BIDAF 2015 dengan populis. Ia ingin semua lapisan masyarakat bisa ikut berpartisipasi dalam festival ini.

"Pemilihan tempatnya juga di downtown, sehingga semua orang yang lewat bisa mampir. Enggak seperti tahun lalu di ruang pameran yang hanya dikunjungi para mahasiswa kesenian," ujar Franki.

Ke depannya, Franki ingin membuat BIDAF menjadi festival yang lebih besar. Salah satu idenya, membuat pameran dalam acara.

"Saya ingin semua pihak bisa berpartisipasi. Acara ini menjadi milik masyarakat. Bukan hanya Pemprov atau para seniman," Franki menuturkan.

"Jadi pesta rakyatlah. Pesta digital rakyat," ia melanjutkan, sambil tertawa. (rsa/rsa)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER