Jakarta, CNN Indonesia -- Meski usianya telah tertutup 70 tahun lalu, kisah Adolf Hitler seperti tak pernah tamat. Pada Senin pekan lalu, sebuah biografi baru tentang pemimpin Nazi itu diterbitkan. Namun, buku itu menuai kontroversi.
Diberitakan Reuters, buku itu mengesankan seolah kecerdasan Hitler telah dianggap remeh dan kepercayaannya dilebih-lebihkan.
Buku hard cover berjudul
Hitler itu ditulis oleh Peter Longerich. Untuk tulisan sepanjang hampir 1.300 halaman itu, Longerich mengumpulkan materi dari diari-diari petinggi Nazi, Joseph Goebbels. Longerich juga mengutip pidato Hitler.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara umum, Anda mendapat gambar seorang diktator yang banyak mengontrol, yang lebih terlibat secara dekat pada keputusan-keputusan individu daripada yang sebelumnya saya pikirkan," kata Longerich berpendapat.
Ia menambahkan, "Saya ingin meletakkan Hitler sebagai manusia, kembali di tengah."
Profesor di Universitas London itu tampak mengagumi Hitler. Menurutnya, meski seluruh politik Hitler dan hasilnya dianggap bencana, sang pemimpin tetap bisa dipuji lantaran bertindak cerdas di tiap situasi.
"Jelas dia punya kemampuan untuk mengeksploitasi situasi individu untuk kepentingan dan tujuan pribadinya," kata Longerich. Ia tidak menganggap Hitler keterlaluan bersikap anti-Semitis.
Bahkan politik rasialisnya, yang membuat jutaan Yahudi terbunuh bahkan termasuk anak-anak dan perempuan dalam tragedi yang dikenal sebagai Holocaust, dianggap Longerich sebagai ppolitik oportunis.
"Pada 1919 sampai 1920, dia menyadari dirinya bisa sukses dalam politik dengan merangkul dan menimbulkan hasutan anti-Semitis," tutur Longerich. Menurutnya, itulah kunci semua peristiwa masa itu.
Lewat bukunya, Longerich juga berusaha menghilangkan prasangka bahwa Hitler punya karisma luar biasa yang memikat Jerman. Sekali lagi ia menekankan pria yang identik dengan kumis itu hanya manusia biasa.
Segala karismanya hanya dibentuk oleh mesin propaganda Nazi, yang membuat penggemar perubahan terpesona oleh Hitler.
"Ini akan menjadi logis bahwa suatu negara yang terpecah seperti Jerman tiba-tiba bersatu di belakang satu orang dan berbagi dalam satu tampilan politik," katanya.
Namun hingga kini, Longerich tak memungkiri bahwa sikap Jerman terhadap Hitler masih terus berkembang. Bukunya hanya satu di antara karya-karya lain tentang Hitler.
(rsa/vga)