Jakarta, CNN Indonesia -- Para penggemar Chris Martin dan Gwyneth Paltrow ikut patah hati saat pasangan yang sudah menikah sejak 2003 itu mengumumkan perpisahan, tahun lalu. Meski kemudian sama-sama punya kekasih baru, pasangan selebriti itu juga mengalami masa berduka.
Lantas, apa yang dilakukan seorang Chris saat patah hati? Langsung melangkahkan kaki ke kelab malam, minum sampai mabuk dan mungkin menghabiskan waktu bersama gadis baru yang lebih seksi, atau membaca puisi klasik Persia dari abad 13-an?
Meski penampilannya terkesan cuek, Chris justru tidak melakukan pilihan pertama. Saat berpisah dari Paltrow, ia membaca puisi Rumi yang berjudul
The Guesthouse. "Menjadi manusia adalah
guesthouse," demikian pidato itu dibuka oleh Rumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sang penyair Sufi kemudian melanjutkan, "Setiap pagi datang. Kebahagiaan, depresi, kejahatan, sejenak beberapa kesadaran datang, sebagai tamu yang tak diduga."
Terbukti, seperti dikutip
The Guardian, Chris menggunakan puisi itu sebagai penawar atas kondisi jatuh dan kebingungannya.
Bukan hanya berkutat dengan puisi Rumi, Chris juga suka membaca dengan karya Victor Frankl,
Man's Search for Meaning. Puisi itu memang diciptakan untuk kesedihan. Julukan lainnya
healing by meaning atau menyembuhkan diri dengan memahami arti.
Teori
healing by meaning itu diciptakan sang psikiater Austria di Auschwitz dan Kaufering, kamp konsentrasi untuk korban Holocaust alias pembantaian massal Yahudi oleh Nazi di Jerman. Ia kehilangan seluruh keluarganya dalam peristiwa tragis itu.
Menenangkan diri dengan puisi sepertinya ampuh, karena tak lama setelah mengumumkan berpisah Chris bisa kembali tampil bahagia. Ia pernah tepergok kencan dengan Jennifer Lawrence. Belakangan, ia dekat dengan Annabelle Wallis.
(rsa/vga)