Jazz Museum untuk yang 'Buta Jazz' di JGTC 2015

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Minggu, 29 Nov 2015 17:10 WIB
Jazz Museum di acara Jazz Goes to Campus 2015 memamerkan berbagai informasi mengenai jazz di dunia dan juga di Indonesia.
Ilustrasi musik jazz. (Thinkstock/papa42)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai salah satu event tahunan jazz terbesar di Indonesia, perhelatan Jazz Goes to Campus (JGTC) karya mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) sangat dinanti oleh para pencinta jazz di tanah air, terutama generasi muda. Setiap tahun pun JGTC selalu berhasil menggaet para peminat jazz baru untuk turut serta menyaksikan pertunjukkannya.

Anindya dan Diana merupakan peminat jazz baru yang kepincut untuk menyaksikan JGTC sore ini di Universitas Indonesia. Ditemui CNN Indonesia di komplek UI, Depok, pada Sabtu (28/11), mereka mengaku sangat senang bisa hadir ke acara jazz tahunan ini.

"Rasanya 'wow' aja bisa datang ke JGTC," kata Anindya sembari tersenyum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi penggemar baru seperti Anindya dan Diana, pengetahuan tentang musik jazz masih terbilang sangat sedikit. Musik jazz seperti apa saja mereka belum tahu pasti.

Untungnya, JGTC tak hanya menyuguhkan pertunjukkan musik. Ada juga Jazz Museum yang diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin mengetahui sejarah jazz di Indonesia.

Jazz Museum memamerkan berbagai informasi mengenai jazz di dunia dan juga di Indonesia. Jenis-jenis jazz dan ciri khasnya juga termuat dalam informasi yang dipajang dalam bentuk tulisan yang dihias dengan figura.

Tak hanya itu, ada juga informasi mengenai musisi-musisi jazz di Indonesia yang turut terlibat dalam perkembangan jazz di tanah air.

Sepenggal biografi tentang Eddy Karamoy, Bill Saragih, Didi Chia, Tubagus Sadikin Zuchra alias Mang Ikin serta Mus Mualim ikut menghiasi dinding.

Mungkin, bagi generasi sekarang nama-nama tersebut cukup asing ditelinga. Padahal kontribusi mereka begitu besar.

Pengunjung menyimak informasi tentang jazz di Jazz Museum Jazz Goes to Campus (JGTC) 2015 yang digelar di Universitas Indonesia, Depok, Minggu (29/11). (CNNIndonesia/Tri Wahyuni)

Informasi yang terpajang di Jazz Museum. (CNNIndonesia/Tri Wahyuni)

Mus Mualim misalnya. Ia membuat konser jazz pertama di Indonesia di saat musik jazz ditentang oleh beberapa partai politik pada zaman orde baru.

Ada juga Bubi Chen. Pada umur 12 tahun, Bubi mengatansemen karya Mozart, Beethoven, dan Chopin ke dalam irama jazz.

Tahun 1960, Bubi mendapat gelar The Best Pianis of Asia. Gelar ini diberikan oleh best Willis Conover, kritikus jazz ternama, setelah mendengarkan rekamannya yang berjudul Bubi Chen with Strings.

Selain nama-nama musisi legendaris, Jazz Museum juga memuat biografi musisi yang mungkin saat ini masih banyak dikenal generasi muda. Sebut saja Ireng Maulana, Benny Likimahuwa, Dwiki Darmawan, serta Indra Lesmana.

Setelah berkunjung ke Jazz Museum, Anindya dan Diana mulai mendapat gambaran tentang musik jazz.  "Jadi lebih banyak tahu tentang jazz, tahu orang-orang yang berpengaruh dalam perkembangan jazz tanah air," ujar Anindya.

"Bagus, informasinya keren, menginspirasi. Jadi lebih suka sama jazz," tambah Diana.

Jazz Museum juga menampilkan foto-foto JGTC terdahulu berikut beberapa posternya. Ada poster tahun 1993, 2000, 2003, 2004, dan beberapa poster lainnya.

Ada juga beberapa pemenang JGTC Choice Award. Pengunjung bisa mendengarkan Album Choice of The Year dari Sri Hanuraga Trio yang disajikan dalam bentuk digital.

Peta JGTC 2015. (Dok. JGTC 2015)
(ard)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER