Suka Duka Sineas Perancis Syuting di Indonesia

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Jumat, 04 Des 2015 06:42 WIB
Bastian Meiresonne, sineas asal Perancis, menceritakan suka duka merekam film dokumenter di Indonesia selama enam tahun, termasuk kemacetan Jakarta.
Sineas Perancis Bastian Meiresonne (CNN Indonesia/Fadli Adzani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masih ingat adegan-adegan naga terbang nan epik di hutan buatan dalam film-film legenda Tanah Air? Ya, film-film tersebut sempat menjadi sorotan masyarakat Indonesia karena dengan dana yang terbilang tidak banyak, film-film itu dianggap lucu dan kerap mengundang gelak tawa.

Ternyata hal itu dianggap sebagai sebuah fenomena yang penting bagi sineas mancanegara, seperti Bastian Meiresonne, seorang sineas dan sutradara asal Perancis, yang mendokumentasikan film-film itu dalam sebuah dokumenter bertajuk Garuda Power: The Spirit Within.

Sebagai orang asing yang menginjakkan kakinya untuk pertama kali di Indonesia pasti akan menemukan suka dukanya, apalagi seorang sutradara yang ingin membuat dokumenter, asam pahit dari kehidupan yang ia jalani di Indonesia pun harus ia telan mentah-mentah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu diakui oleh Bastien, yang rela menetap di Indonesia selama enam tahun untuk mempelajari tentang film-film penuh laga itu secara detail dan tekun, hanya untuk menggarap film dokumenter yang akan ditayangkan dalam Festival Sinema Prancis, sejak Kamis (3/12).

"Ketika saya pertama kali mempelajari dunia perfilman Indonesia, saya setiap setahun datang ke Indonesia selama dua kali," ujar Bastian kepada awak pers di Jakarta, mengenai dokumenter yang ia kerjakan.

"Untuk dokumenter Garuda Power: The Spirit Within, saya menetap selama dua tahun terakhir di Indonesia untuk melakukan riset dan mengambil footage serta gambar yang akan ditampilkan dalam dokumenter tersebut," ia menceritakan dengan nada yang penuh semangat.

Mengutip pernyataannya, proses syuting yang ia lakukan untuk merampungkan dokumenter itu memakan waktu enam minggu.

"Saya melakukan proses syuting selama enam minggu, saya berbicara dengan banyak kalangan masyarakat. Membutuhkan waktu enam tahun untuk benar-benar mengerti tentang dunia perfilman Indonesia."

Proses syuting itu ia jalani dengan sulit, pasalnya, lingkungan masyarakat di Indonesia pun jauh berbeda dengan tempat tinggal kelahirannya di Perancis, di mana semuanya berjalan dengan teratur serta lancar.

"Jakarta itu sangat macet, menyulitkan saya melakukan proses syuting. Kalau Anda melakukan proses syuting di Perancis, jalanannya sangat lowong, jadi bisa pergi melakukan proses syuting dengan cepat," tutur Bastian yang sangat mencintai film-film Indonesia.

Selain itu, ia juga mengeluh terkait proses wawancara yang kerap ia lakukan di Indonesia. Menurutnya, waktu yang termakan untuk proses wawancara itu sangat lama, dan tentu saja mengganggu proses syutingnya selama di Indonesia.

"Proses wawancara di Indonesia itu sangat lama, saya jadi tidak punya banyak waktu untuk melakukan proses syuting," ia menambahkan.

Meski begitu bukan berarti Bastian tidak merasakan hal-hal baik yang kerap membantu proses syutingnya di Tanah Air. Salah satu hal yang ia sukai dari proses syutingnya di Indonesia adalah ketika dirinya bertemu dengan masyarakat, terutama kaum ABG.

"Hal yang baik adalah ketika saya bertemu dengan anak-anak muda di sini. Melalui dokumenter yang saya garap, mereka terlihat antusias untuk mengetahui sejarah dunia perfilman mereka sendiri," Bastian mengucapkan.

"Masyarakat di sini berbagi banyak hal dengan saya, mereka membantu saya dalam banyak hal, itu adalah hal yang baik. Mereka juga banyak bertanya tentang sejarah film laga kepada saya."

Sementara itu, Bastian harus mengakui bahwa film-film Indonesia memiliki kualitas yang baik, bahkan dapat menyaingi film-film garapan sineas Hong Kong.

"Saya tumbuh dengan menonton film-film Hong Kong, yang menurut saya lebih baik daripada film-film Hollywood," tegasnya.

"Namun ketika saya menonton film-film Indonesia, saya hanya bisa mengatakan 'wow' dan bingung kenapa film-film seperti ini bisa ada di dunia ini," lanjut Bastian, yang mengaku sudah menonton lebih dari seribu film Indonesia.

Ia mengakui, bahwa Indonesia masih kurang dalam masalah pendanaan, namun hal itu, mengutip pernyataannya, bukan lah sebuah masalah. Pria berjenggot lebat itu mengatakan bahwa film-film Indonesia mengandung unsur perasaan yang tidak dimiliki film lainnya.

"Film-film Indonesia mengandung unsur perasaan yang tidak dimiliki film-film lainnya. Mungkin dalam masalah pendanaan, Indonesia masih kurang. Namun perasaan yang ada di balik film-film Indonesia itu sangat lah baik," Bastian menegaskan.

Lebih lanjut, Bastian mengaku ketagihan menggarap film di Indonesia. Malah, Bastian mengatakan bahwa dirinya akan membuat sebuah film dokumenter tentang film horror di Indonesia, seperti film Suzanna.

"Saya ingin membuat film dokumenter tentang horor di Indonesia, seperti film Suzanna!"

Dalam Garuda Power: The Spirit Within, Bastian mengupas tuntas tentang segala film laga di Indonesia. Dalam dokumenter itu, terdapat cuplikan wawancara dirinya dengan salah seorang sineas senior dan cult Indonesia, tidak lain dan tidak bukan ia adalah Barry Prima. (les/les)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER