Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak banyak grup musik yang bisa bertahan lama, bahkan sampai melewati tiga dekade, dari rezim Soeharto sampai rezim Joko Widodo. Slank adalah satu satunya.
Grup band yang dibentuk sejak 1983 ini berhasil membuktikan eksistensi di tengah derasnya arus kompetisi industri musik Tanah Air lewat puluhan album musik dan penghargaan.
Saat ditanya soal kunci eksistensinya, keempat personel Slank, yakni Kaka, Ivan, Ridho dan Bimbim (Abdee sedang absen arena sakit), memberikan jawabannya kepada CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walaupun musik Slank gitu-gitu
aja, tapi kalau Anda menyimak, pasti selalu ada perbedaan," ujar Kaka (vokalis) kepada CNN Indonesia di Jakarta, pada Rabu (16/12).
Perbedaan yang dimaksud Kaka, meliputi kreativitas masing-masing personel yang tak pernah mati dalam meramu nada, sampai proses
mastering dan
mixing, dan lain-lain.
"Setiap tahun, pasti ada isu-isu baru lagi di negara ini, isu lingkungan, politik, cinta, sosial dan lain-lain," Ivan menambahkan. Isu-isu baru itulah sumber inspirasi baru Slank.
Sejak pertama kali dibentuk hingga sekarang, kebanyakan lagu Slank menyertakan kritik sosial atau menyinggung isu-isu yang hangat dibicarakan oleh masyarakat.
Tak heran bila lagu-lagu Slank digemari banyak orang, karena merepresentasikan segala isu yang sedang berkembang di tengah masyarakat, sehingga terasa tak berjarak.
Sebut saja, lagu
Anthem for The Broken Hearted yang menggambarkan sakit hati individu, juga
Anarki Diri yang menceritakan kerusuhan atau histeria massa.
Di luar urusan musik, Slank sangat peduli masalah sosial dan aktif berkegiatan sosial. Kaka, sebagai pencinta lingkungan, turut menjaga populasi ikan hiu di Indonesia.
Di banyak kesempatan, pria bersuara serak ini sering mengampanyekan penyelamatan hiu agar tak makin terancam punah. Bila hiu terus diburu, ekosistem terancam mati.
Selain masalah sosial, Slank juga menaruh perhatian terhadap isu politik. Lewat lagu
Halal dari album teranyar
Restart Hati, Slank menyinggung fenomena korupsi di Indonesia.
"Nanti kalau Indonesia sudah makmur, damai dan sentosa, baru Slank Bubar," ujar Bimbim, bercanda.
Cara Personel Slank Jaga KebugaranBila melihat aksi panggung grup band pengusung musik rock dan blues yang energik dan membahana, tak terbayang bila usia personelnya sudah mencapai kepala empat lebih.
Bila tidak dibarengi dengan istirahat cukup, tentu saja kondisi tubuh mereka akan mudah drop dan rentan terkena penyakit, mengingat jadwal konser dan berbagai kegiatan lain yang padat.
Untuk mengatasi hal tersebut, bintang tamu
Music at Newsroom CNNIndonesia.com edisi Desember ini memiliki caranya sendiri untuk menjaga kebugaran, agar performa di panggung tidak menurun.
"Tulang kalau tidak digerakkan pasti akan terjadi pengapuran, kan. Jadi kami olahraga," ucap Kaka, serius. "Ya, macam-macam olahraganya, bisa main bola, berenang dan lain-lain. Intinya, kami harus bahagia dulu, hal itu akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kami."
Bimbim, sang penggebuk drum, mengaku terus menjaga kesehatan tubuhnya dengan terus aktif bergerak. Pasalnya, bermain drum itu tidak lah mudah, dan tentu saja menguras banyak tenaga. Mengatasi hal tersebut, Bimbim giat
skipping.
"Saya kalau sudah jarang manggung, saya
skipping terus," paparnya. "Pokoknya kesehatan itu berpengaruh terhadap kedisiplinan dan performa kami di panggung."
Jelas sudah, kreativitas yang berangkat dari kepekaan terhadap isu sosial, serta komitmen untuk senantiasa menjaga kebugaran tubuh, inilah kunci sukses Slank yang menandai eksistensinya selama 32 tahun berkiprah.
(vga/vga)