Musik Indah dari Dua Ribu Kelereng Buatan Martin Molin

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Kamis, 03 Mar 2016 12:43 WIB
Martin Molin "memainkan" 2.000 kelereng—menjadikannya instrumen musik berukuran besar yang bisa melantunkan melodi dan nada.
Ilustrasi kelereng (CNN Indonesia Getty Images/Thinkstock/Purestock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anda pernah mengoleksi kelereng semasa kanak-kanak? Mungkin saat ini permainan kelereng terbilang langka. Tetapi tidak bagi Martin Molin. Musisi asal Swedia ini malah betah "bermain" kelereng.

Tak tanggung-tanggung, ia "memainkan" 2.000 kelereng—menjadikannya instrumen musik berukuran besar. Butuh waktu 14 bulan untuk membuat kelereng koleksinya bisa melantunkan melodi dan nada.

Dilansir dari The Hufftington Post, Martin resmi meluncurkan alat musik buatannya, Marble Machine, pada 29 Februari, dengan mengunggah video yang menampilkan komposisi instrumental asli via YouTube.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti instrumen milik Rube Goldberg yang dimainkan dengan mengangkat kelereng ke atas sehingga meluncur ke bawah. Jatuhnya kelereng di lempeng-lempeng khusus itu membentuk "orkestra."

Marble Machine buatan Martin mampu bermain bass, perkusi dan vibraphone dengan menggunakan serangkaian tuas yang mengarahkan kelereng bergulir ke arah yang diinginkan.

Sang musisi muda berusia 33 tahun terinspirasi membuat Marble Machine setelah melakukan kunjungan ke museum instrumen mekanik di Utrecht, Belanda.

"Saya selalu menyukai subkultur Marble Machine dan ketika saya tahu bagaimana cara memotong kayu, saya pun berkeinginan membangun mesin ini," katanya kepada The Huffington Post.

"Ketika saya menonton video Marble Machine di YouTube, yang saya pikirkan adalah 'Akan lebih baik untuk dapat memprogram pola jatuh kelereng dan membiarkan mereka jatuh di not yang berbeda.'"

Martin memang genius. Ia membangun sendiri mesinnya, termasuk membiayai pembelian kayu serta berbagai alat-alat pertukangan, dari bandsaw, meja gergaji sampai bor.

"Setelah menempatkan mesin seluruh ya, kemudian saya mulai memasang roda pemrograman dan melanjutkan membangun seluruh mesin di sekitarnya," jelas Martin.

Menjadi sebuah keunikan dan tantangan tersendiri untuk Martin yang membangun alat yang belum pernah sama sekali ia mainkan. Untungnya, ia pun belajar nuansa instrumen selama proses konstruksi.

"Saya pun latihan terus selama menyusunnya sepanjang waktu," katanya. "Hal ini sangat cepat untuk memprogram ulang namun butuh banyak konsentrasi untuk menempatkan di tempat yang tepat."

Martin mengatakan, momen menulis lagu via Marble Machine menjadi sebuah tantangan tersendiri karena instrumen tersebut hanya dapat digunakan untuk komposisi dengan panjang waktu tertentu.

"Dengan instrumen lain, Anda mungkin bisa bebas mengeksplorasi apa pun, sedangkan dengan mesin ini ada keterbatasan tindakan di awalnya, dan dengannya akan menjadi sesuatu yang kreatif," katanya.

Dia juga harus mencari tahu jumlah kelereng yang tepat agar mesin dapat bekerja terbaik.

"Saya pertama kali membeli 500 kelereng, yang saya pikir itu sudah cukup," katanya. "Lalu saya menambahnya 500 kelereng lagi tiga kali lebih."

Martin, yang juga nge-band bersama Wintergatan, ingin menggunakan instrumen tersebut bersamanya, tapi itu tidak akan bekerja.

"Mesin ini terlalu besar untuk digunakan bepergian," katanya. "Saat ini, saya tidak bisa mengeluarkannya melalui pintu rumah saya tanpa mendekonstruksi itu. Saya akan membangun sebuah kotak musik bermotor kecil  yang akan kami bawa pada saat tur dan itu akan menjadi anggota ke-lima band kami. "

[Gambas:Youtube]

(vga/vga)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER