Jakarta, CNN Indonesia -- Seperti yang diketahui sebelumnya, pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, musik yang bernuansa Barat dan cengeng dilarang beredar di Indonesia.
Saat itu Bung Karno tidak suka dengan segala bentuk baru dari imperialsime, kolonialisme dan kapitalisme. Namun larangan itu tak berhasil membelenggu kreativitas musisi Tanah Air.
Buktinya, Koes Bersaudara yang beranggotakan Yon Koeswoyo, Yok Koeswoyo, Tonny Koeswoyo dan Nomo Koeswoyo, tetap berani membawakan musik rock n' roll yang kental nuansa Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam setiap penampilannya, kakak beradik itu menyanyikan lagu-lagu milik The Beatles dan Elvis Presley.
Akibat keberaniannya yang cenderung nekat, pada 29 Juni 1965, Koes Bersaudara sempat dipenjara tanpa proses proses pengadilan. Empat bersaudara itu mendekam di Penjara Glodok, Jakarta Pusat.
Lalu tanpa alasan yang jelas, mereka dibebaskan begitu saja pada 29 September 1965.
Hanya karena musik, mendekam di balik penjara bisa menjadi ganjarannya. Jika diterapkan pada hari ini, aturan tersebut terasa tidak masuk akal.
Pengamat musik yang pernah mewawancarai Koes Bersaudara juga berpikir seperti itu.
"Sampai saat ini tidak ada klarifikasi dari Koes sendiri mengapa mereka dipenjara. Kalau karena membawakan musik-musik Barat, kemudian menirukan gaya band-band Barat, itu sangat aneh. Pasti ada tendensi lain di luar itu, tendensi politik di luar itu," kata Leo saat diwawancarai oleh
CNN Indonesia.Kisah yang sudah berumur 51 tahun ini terasa berbeda ketika diceritakan langsung oleh personel Koes Bersaudara yang masih tersisa, pemain bass Yok Koeswoyo.
Kepada
CNN Indonesia, pria yang telah berusia 71 tahun ini mengatakan, hukuman yang diterima band-nya hanya drama pemberitaan.
"Waktu itu, Bung Karno mengatakan, 'Jangan bawakan musik
ngak ngik ngok, Elvis-Elvisan.' Padahal kami merasa tidak memiliki maksud tertentu selain menghibur penggemar," ujar Yok.
Menurut Yok, musik Barat yang dibawakan hanya secuil, karena Koes Bersaudara tetap membawakan lagu-lagu bernuansa Indonesia, seperti
Senja, Telaga Sunyi dan
Dara Manisku."Saya merasa Koes Bersaudara sangat disudutkan atas kasus itu," kata Yok.
Yok dan saudaranya mengaku tidak pernah ingin menodai kedaulatan Indonesia. Koes Bersaudara malah ingin mengharumkan nama Indonesia melalui musik.
Karena bagi Yok, bela negara bukan hanya lewat wajib militer, tetapi bisa lewat kesenian.
"Kami ini betul-betul cinta Nusantara. Itu sebabnya kami menyampaikan pesan melalui musik. Kami ingin menanamkan rasa memiliki, rasa mencintai, menjelaskan bahwa Indonesia itu kaya raya. Sampai lautnya
aja bukan lautan, tapi kolam susu. Itu harus dimengerti," ujar Yok.
Yok mengaku, ia baru berani membicarakan drama penjara Koes Bersaudara setelah era Reformasi. Ia juga mengapresiasi pemerintah yang tidak lagi mengekang karya musisi.
"Kita saja bisa tahu data-data Pentagon, masa musik dilarang? Sekarang era keterbukaan kan, jadi blak-blakan saja," kata Yok menutup pembicaraan.
(ard)