ULASAN FILM

'X-Men: Apocalypse,' Drama Kebangkitan Mutan Tertua

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Rabu, 18 Mei 2016 12:37 WIB
Apocalypse, mutan tertua yang berasal dari Mesir bangkit dan ingin menghancurkan dunia. Mutan-mutan muda pun melawannya.
Poster film X-Men: Apocalypse. (Dok. Marvel)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mutan-mutan yang diayomi Charles Xavier alias Profesor X (James McAvoy) tidak pernah tahu siapa "nenek moyang" mereka. Entah sejak kapan mutan pertama ada. Tanda tanya itu terjawab dalam film X-Men: Apocalypse.

Marvel membangkitkan mutan pertama di dunia lewat film itu. Namanya En Sabah Nur alias Apocalypse (Oscar Isaac). Dibangkitkan lewat cahaya seperti namanya, mutan itu berasal dari Mesir dan ada sejak 3600 SM.

Merasa mutan tertua dan terkuat, Apocalypse mengaku diri bak Tuhan. Dengan empat kaki tangan—Angel (Been Hardy), Psylocke (Olivia Munn), Magneto (Michael Fassbender), dan Storm (Alexandra Shipp)—ia ingin menghancurkan dunia, membuatnya ulang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu tak membuat mutan-mutan yang dipimpin Profesor X tinggal diam. Mutan muda seperti Mystique (Jennifer Lawrence), Beast (Nicholas Hoult), Quicksilver (Evan Peters), Jean (Sophie Turner), Cyclops (Tye Sheridan) dan Nightcrawler (Kodi Smith) bersatu melawan.

Mampukah mereka, kalangan mutan yang masih berusaha mengontrol kekuatan itu, melawan kelompok mutan yang lebih senior?

Sutradara Bryan Singer membuat cerita kebangkitan Apocalypse dengan dramatis namun realistis. Sejak pertama Apocalypse dibangkitkan, lalu mencari empat kaki tangan, plotnya terasa halus dan jelas. Apalagi bagi penggemar Marvel dan X-Men, karena film ini sangat punya keterkaitan dengan X-Men lain.

Cara Singer menyuguhkan kekuatan masing-masing mutan pun terasa dahsyat. Sayangnya, Singer menambahkan beberapa adegan drama yang justru terkesan mengganggu. Itu malah merusak emosi yang sudah terbangun.

Alhasil, berbeda dengan film terakhir X-Men: Days of Future Past, Apocalypse kurang sukses membangun emosi yang sebenarnya bisa membuat penonton tegang. Singer juga menyisipkan adegan-adegan konyol atau lucu. Di satu sisi itu mengistirahatkan pikiran. Tapi di sisi lain juga bisa mengganggu suasana.

Selain memaparkan cerita X-Men: Apocalypse sendiri, Singer juga memberi beberapa tanda untuk film X-Men selanjutnya. Mungkin hanya beberapa penonton yang benar-benar menggemari X-Men dan Marvel yang memahami itu. Bagi penonton lain, pertanda itu terkesan terlalu drama, layaknya sinetron.

Singer kurang sukses memoles adegan drama yang merusak suasana penonton itu. Seakan-akan adegan dibuat hanya untuk formalitas. Padahal tanda itu terbilang bagian penting, dan sutradara sekelas Singer seharusnya bisa mengemasnya dengan jauh lebih matang.

Jika boleh menilai, film ini layak diberi angka 7,5 dari sepuluh. Apalagi tidak seperti film-film X-Men lain, Marvel mulai menggeser pposisi sentral yang biasanya dipegang oleh Wolverine. Alih-alih, Mystique justru yang terlihat sangat menonjol di film Apocalypse.

Tidak lepas dari rumor yang beredar di kalangan penggemar Marvel, bisa jadi itu karena Hugh Jackman yang selama ini memerankan Wolverine sudah berniat pensiun setelah ia memfilmkan sekuel ke-tiga.

Namun tenang saja, Jackman belum benar-benar "menghilang" dari kelompok mutan. (rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER