Pidi Baiq: Tanpa Aksi Nyata, Agama Jadi Omong Kosong

Silvia Galikano | CNN Indonesia
Kamis, 30 Jun 2016 11:22 WIB
Pidi Baiq “berdakwah” tanpa mendakwahi. Semua nyaman, semua aman, tanpa jadi tertuduh.
Pidi Baiq saat ditemui oleh CNNIndonesia.com. (CNN Indonesia/Ranny Virginia Utami)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemahaman agama, yang sebetulnya dianut secara universal, dia tuangkan di sana-sini, dapat kita lihat hampir di semua karyanya. Bedanya, Pidi Baiq “berdakwah” tanpa mendakwahi. Semua nyaman, semua aman, tanpa jadi tertuduh.

Beberapa waktu lalu, CNNIndonesia.com menemui seniman Pidi Baiq di Rumah The Panasdalam di Bandung. Dia bercerita banyak hal, dari tema lagu hingga soal keagamaan. Perbincangan tersebut kami bagi menjadi dua bagian, berikut bagian ke-dua:

Bagaimana Anda mendefinisikan Pidi Baiq dalam berkarya?
 
Dunia luas, saya tidak mau ada di wilayah tertentu atau gimana. Gini, saya dikutuk untuk tidak mau menyandang status-status tertentu. Saya ingin bebas dari hal ribet macem itu. Saya bukan penulis, saya bukan pemusik, pelukis, penyair, seniman, atau apa pun, saya adalah manusia seutuhnya, yang makan nasi bakar karena lagi ingin, saya manusia yang main skateboard kalau lagi ingin main skateboard. Gitu aja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi skateboard juga bisa jadi media dakwah. Saya main skateboard bersama kawan-kawan, terus saya bilang ke mereka, "Eh, main skateboard-nya di sana aja yuk, jangan main skateboard di sembarang tempat." Itu lebih baik, daripada saya datang sebagai orang lain yang membentak ngusir mereka. Itu buruk. Jadi seteru.

Dakwah sih enggak harus selalu di podium yang sudah disediakan untuk dakwah. Tidak harus selalu di program dakwah yang ada di televisi itu. Enggak kebayang gimana rasanya saya kalau harus naik panggung untuk berdakwah. Itu bagus, tidak salah, tapi saya pasti enggak akan bisa.

Saya pasti akan takut merasa diri sudah benar, atau gimana. Ah, pokoknya gitu lah. Kebayang juga bagaimana sebelum naik panggung itu, saya pilih-pilih pakaian dulu untuk bisa tampil menawan dilihat banyak orang di sana. Enggak salah pilih pakaian terbagus. Tapi pokoknya saya enggak mau aja.   
 
Maka agama itu akan menjadi omong kosong kalau tidak diaplikasikan dalam sikap dan perbuatan. Meskipun kamu sudah khatam.Pidi Baiq
Jadi bagaimana idealnya mengajak kepada kebaikan?
 
Ya, berbuat baiklah, menjadi teladan bagi orang lain. Tidak usah nyuruh-nyuruh itu, itu hanya akan menjadi berisik bagi orang lain. Orang yang mabuk itu sudah tahu bahwa mabuk itu dilarang, makanya kenapa kalau mabuk mereka pada sembunyi? Karena udah tahu. Iya, terus aku datang ke mereka nasehati jangan mabuk karena dilarang? 'Udah tahu, Maaas!'

Banyakan orang tuh ya macam saya, dulu malas sekolah, pas sudah jadi orang tua sok iye nyuruh anaknya untuk rajin sekolah. Enak aja! Banyakan orang tuh ya macam saya, sok iye melarang siswanya nyontek, dirinya sendiri waktu kuliah dulu juga nyontek. Banyak yang sok iye.

Gimana saya ini, kalau ngomong agamis, tau-tau buang sampah sembarangan. Gimana saya ini kalau puasa sok paling afdol, tapi berebut makanan di jalan dan di kafe dengan sesama muslim pada waktu buka puasa.

Maka agama itu akan menjadi omong kosong kalau tidak diaplikasikan dalam sikap dan perbuatan. Meskipun kamu sudah khatam membaca buku ramuan pengobatan tidak akan menyembuhkan lukamu, kecuali kamu baca satu halaman sesuai lukamu lalu kau praktikkan.  

Pokoknya saya sih malu kalau nyuruh-nyuruh membaca, saya sendiri enggak pernah baca. Saya malu, kalau nyuruh-nyuruh orang bersabar, tahu-tahu pas macet saya ini orang yang paling keras klaksonnya.

Atau jam tiga ngomong di speaker, mari tahajud. Iya bagus itu, tapi saya pasti enggak mau, malu saya, karena orang-orang jadi pada tahu saya tahajud. Saya setuju, yang penting niatnya, tapi kan siapa yang bisa nahan orang kalau sudah bebas menafsirkan?

Buku at-Twitter: Google Menjawab Semuanya Pidi Baiq Menjawab Semaunya karya Pidi Baiq. (Dok. DAR! Mizan)
 
Apa karena takut terpeleset jadi riya?

 
Tidak juga, atau iya juga bisa. Tapi kalau saya dikenal sebagai orang brengsek di masa muda, kok dulu saya malah nyaman, ya? Nyaman karena saya merasa itu cuma tuduhan, aslinya sih enggak. Aslinya sayang ke ibu, solid ke temen.

Anehnya kalau saya dikenal sebagai orang baik, malah enggak nyaman, maksudnya, saya enggak nyaman karena itu cuma tuduhan, aslinya sih enggak. Aslinya sih suka nyuri jambu.

Malahan kalau saya dibilang brengsek, terus sayanya brengsek, orang harusnya sudah bisa maklum dong, tapi kalau saya yang brengsek ini berbuat baik, orang akan bilang, “Eggak nyangka ya, bisa baik juga.” Kalau dikenal, atau menunjuk-nunjukkan diri saya ini orang baik, itu malah bikin cemas, soalnya pas ketahuan saya ini brengsek, orang-orang akan bilang, ”Sialan, gue ketipu.” Ah, apa sih ini, saya ngomong ini cuma becanda, enggak usah didengerin. Tapi maksudnya, bukan berarti kamu harus brengsek, tapi jangan menunjuk-nunjuk bahwa kamu itu baik juga.
 
Apa kenangan khusus Anda di bulan Ramadan?
 
Waktu kecil, bangunin orang sahur bersama kawan-kawan. Saking semangatnya, jalan sampai jauh, tahu-tahu sudah imsak, saya sendiri akhirnya tidak sahur. Kesel.
 
Jangan-jangan kalau saya berdakwah saya akan begitu juga, menyerukan kebaikan tapi lupa melakukannya. Jangan-jangan tanpa bisa saya sadari kejadian itu sudah di-setting oleh Allah untuk mengingatkan jangan sampai kau mengajak kebaikan tapi kau sendiri lupa melaksanakannya.
 
Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 karya Pidi Baiq. (Dok. Pastel Books)

Anda meyakini tak ada yang kebetulan, atau sebaliknya, semesta adalah rangkaian kebetulan demi kebetulan?
 
Saya  percaya dengan adanya kebetulan. Setiap unsur di alam semesta ini, dari bakteri sampai Matahari, kan berseliweran, jika kemudian bertabrakan maka itu kebetulan. Kebetulan saja waktunya sama, pas dia datang yang lain juga datang. Selama ini jangan-jangan kita ini selalu mencari adanya kebetulan, yaitu kebetulan yang akan baik buat kita dan semuanya. Tapi kayaknya iya, deh.
 
Saya menyebut yang sedang seliweran itu adalah kesempatan. Tinggal tergantung kita mau gimana dengan itu. Atau jangan-jangan kesempatan itu adalah apa yang dimaksud dengan rezeki. Rezeki itu bukan cuma uang, menurut saya, tapi kesempatan.

Bagaimana usahamu meraih kesempatan itu akan berpengaruh besar dengan apa yang kau dapatkan. Kamu pernah denger, kalau bangun siang nanti rezekinya dipatok ayam. Iya maksudnya dengan kamu tidur itu, maka kamu tidak punya kesempatan untuk mendapat banyak hal yang baik. Tapi buat saya sih, kalau misalnya saya bangun siang terus rezekinya dipatok ayam, enggak apa-apa, nanti ayamnya saya makan!

Semua yang terjadi, yaitu yang kita dapatkan, tentunya adalah disebabkan oleh adanya usaha. Kalau saya berusaha bertemu kamu tapi kamunya malas, tidak akan bertemu karena usahanya cuma sepihak. Mungkin itu sebabnya ada orang rajin yang meminta orang malas untuk rajin, biar sinergi dengan dirinya. Atau gimana, entahlah.

Munculnya angka 9 di monitor itu, kan angka 9 nya sudah tertulis di dalam sistem kalkulator. Hanya akan muncul kalau kita mengikuti mekanismenya, yaitu dengan menekan tombol 5 + 4, atau berapa yang kalau dijumlahkan hasilnya 9. Ah, soal ini, saya jadi inget dengan apa yang disebut dengan [kitab yang menulis takdir] Lauhul Mahfuz.

(sil/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER