Jakarta, CNN Indonesia -- Terakhir kali merilis album musik bertajuk
Nona pada 1984, atau sekitar 32 tahun yang lalu, akhirnya pada Jumat (24/6), musisi senior Eros Djarot merilis album baru yang bernuansa religi.
Eros mengaku kalau gairah bermusiknya yang kembali bangkit menjadi faktor utama dalam membuat album bertajuk
Nabiku Cintaku itu.
"Setelah album
Nona, saya memang belum mau membuat album baru. Baru untuk album
Nabiku Cintaku, saya merasa semangat bermusik itu kembali muncul," kata Eros dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, pada Jum'at (24/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, pria yang telah berusia 65 tahun ini juga sudah pernah merilis lagu religi, sehingga ia sempat merasa tidak perlu membuatnya lagi.
Hingga akhirnya, teman Eros yang juga merupakan produser album ini, Abdullah Jufry, menyarankannya untuk kembali membuat lagu religi yang dirilis dalam bentuk album.
Bersama penata musik Anwar Fauzi, ia juga semakin yakin untuk menyusun album itu.
Tak hanya dorongan kawan, Eros merilis album religi juga karena merasa gelisah dengan sekelompok penduduk Indonesia yang mengatasnamakan Islam tapi masih bertindak "kekerasan".
"Kekerasan" yang dimaksudnya ialah penindasan dan pemaksaan terhadap yang berbeda pendapat bahkan agama.
"Orang-orang yang melakukan itu bukan orang Islam. Islam itu cinta damai, bukan kekerasan. Makanya saya berharap album religi ini dapat menyampaikan pesan pengingat kebaikan," kata Eros.
Musisi sekaligus politikus ini juga ingin mengajak penggemar musik untuk merasakan apa yang ia rasakan dan pahami tentang kebesaran Tuhan.
"Album ini sekaligus bentuk terima kasih, cinta dan kerinduan saya atas segala hal yang berhubungan dengan Sang Khalik," kata Eros.
Dalam album
Nabiku Cintaku, Eros tidak bernyanyi sendirian. Ia menulis lagu yang juga dinyanyikan oleh musisi lain. Mereka adalah Gilang Samsoe, Fryda Lucyana dan Mustafa (Debu).
Hanya dalam waktu seminggu, pria berusia 65 tahun ini menyusun delapan lagu untuk masuk dalam album religinya.
Sepanjang karier bermusiknya, pria kelahiran Banten ini telah merilis tiga album, yaitu
Resesi (1981),
Metropolitan (1984) dan
Nona (1984).
Belum lagi enam album lagu tema film yang dibuatnya, yaitu
Kawin Lari (1975),
Badai Pasti Berlalu (1977),
Usia 18 (1981),
Ponirah Terpidana (1984),
Secangkir Kopi Pahit (1986) dan
Tjoet Nja' Dhien (1988).
Ia juga sempat menyutradarai film
Tjoet Nja' Dien (1988) yang sempat menjadi nominasi kategori
Best Foreign Language Film di Academy Award.
Ditanya mengenai ekspektasinya, Eros dengan jujur mengatakan kurang begitu yakin kalau album
Nabiku Cintaku bisa menandingi kepopuleran album
Badai Pasti Berlalu.Tapi, Eros mengaku tidak pernah memusingkan soal itu, karena merasa ada keistimewaan tersendiri dalam setiap karyanya.
Sampai saat ini, album
Badai Pasti Berlalu memang masih dianggap sebagai salah satu album musik yang paling legendaris di Indonesia. Album tersebut sampai dirilis ulang sebanyak tiga kali.
Saking populernya, komposer Erwin Gutawa bahkan membuat ulang album itu pada 2000.
(ard/ard)