Jakarta, CNN Indonesia -- Mendapat pengakuan dari luar negeri menjadi cita-cita setiap musisi Indonesia, baik yang mengembangkan karier di jalur
mainstream maupun
sidestream.Jika musisi
mainstream bisa dengan mudah melakukan kolaborasi atau konser dengan bantuan label rekaman besar, tidak demikian dengan musisi
sidestream.Tapi dengan berbekal karya dan harapan, satu persatu musisi
sidestream Tanah Air telah berhasil membuktikan, kalau mereka juga layak didengar oleh dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebut saja The SIGIT, Mocca, Shaggydog, Whiteshoes and the Couples Company sampai Burgerkill.
Mengikuti jejak para seniornya, band metalcore yang besar dari sesaknya kawasan pinggiran Jakarta Selatan, Rising The Fall, sebentar lagi akan tampil di festival musik Envol Et Macadam, di Quebec, Kanada.
Dalam festival musik tahunan yang sudah diadakan sejak 2001 itu, Rising The Fall akan tampil selama dua hari, yaitu pada 8 September dan 10 September mendatang.
Saat diwawancara oleh
CNNIndonesia.com pada Kamis (11/8), tentu saja band yang terbentuk sejak 2010 ini mengaku sangat bangga bisa tampil di sana.
Pasalnya, band yang beranggotakan Dika (vokal), Aa (drum), Tony (gitar), Edo (gitar) dan Yaday (bass) ini harus terlebih dulu melalui "persaingan" dengan ratusan band se-Indonesia dalam acara audisi yang dilakukan di Jakarta, pada Juni kemarin.
"Dari awal, kami sama sekali tidak pernah berniat mengikuti audisi, bahkan berharap menang! Mungkin karena dua hal itu, kami jadi lebih santai saat tampil di atas panggung audisi ya," kata Dika.
Sebelum tampil di panggung audisi, Rising The Fall dan ratusan band lainnya harus mengirimkan lagu yang dikurasi oleh panitia Envol Et Macadam.
Agar bisa masuk dalam sepuluh besar, mereka harus mengumpulkan suara penggemar sebanyak mungkin.
Tentu saja hal itu semakin membuat keraguan dalam diri mereka, karena merasa tidak memiliki penggemar sebanyak band yang lain.
"Hasil pengumpulan suara itu dimuat di situs mereka. Dalam sehari, ada band yang bisa mengumpulkan suara penggemar sampai ratusan. Sementara kami belum ada sama sekali. Tapi karena terus disemangati teman-teman, akhirnya kami bergeriliya untuk mendapatkan suara dengan cara mengirim pesat berantai di WhatsApp," ujar Dika.
Cara itu ternyata sukses, Rising The Fall masuk dalam daftar sepuluh besar, dengan urutan ke-enam. Sayangnya, hanya band yang masuk dalam daftar lima besar yang bisa tampil di panggung audisi.
Beruntung, ada satu band yang didiskualifikasi dari lima besar, karena melakukan kecurangan saat mengumpulkan suara.
Rising The Fall pun dengan mulus masuk dalam lima besar dan tampil di panggung audisi.
Di malam audisi, panitia kembali memperketat syarat dengan hanya membolehkan band tampil selama 20 menit ditambah persiapan alat selama lima menit, tanpa bantuan kru.
"Kalau menyiapkan alat tanpa kru mungkin kami sudah terbiasa, tapi kami sempat bingung saat diberi waktu hanya 20 menit untuk tampil. Jadi, sebelum tampil, kami semua mengatur waktu stopwatch di jam tangan agar waktunya pas!" kata Dika.
Panitia tidak hanya mengandalkan suara juri untuk mencari pemenang. Mereka juga meminta pengunjung yang datang untuk memberi penilaian.
Keberuntungan kembali berpihak kepada Rising The Fall. Penampilan empat lagu mereka dianggap sebagai yang terbaik, di antara lima band beragam genre lainnya.
"Kami terkejut sekali! Selain berbakat, band yang lain juga personelnya lebih enak dipandang daripada kami haha…" ujar Aa yang langsung ditimpali tawa oleh personel yang lain.
Menjelang penampilannya di Envol Et Macadam, Rising The Fall telah melakukan berbagai persiapan, mulai dari latihan hingga menyortir alat musik yang akan dibawa.
Walau tampil di luar negeri, band yang terinspirasi dari Unearth, Walls of Jericho, Slipknot, As I Lay Dying dan Kill Switch Engage ini mengaku tetap percaya diri membawakan lagu-lagu bertema sosial dan politik dari album perdana bertajuk
Revolusi (2014), yang sebagian besar berbahasa Indonesia.
"Kami tidak akan membawakan lagu band lain, karena menurut kami yang lebih utama itu memperdengarkan karya sendiri, walau ada kemungkinan besar jadi tidak ada yang menonton karena tidak ada yang mengerti artinya haha…" kata Yaday.
Beberapa lagu yang akan dibawakan Rising The Fall nanti ialah lagu kolaborasi mereka dengan Aji 'Down For Life' yang berjudul
Tak Akan Mati dan mendiang 'Krisna 'Suckerhead' yang berjudul
Penjahat Kata.Bagi Dika, lagu hasil kolaborasi yang direkam pada 2013 itu layak dibawakan sebagai persembahan ucapan terima kasih, kepada dua orang yang bantu memahat musikalitas Rising The Fall sampai saat ini.
"Mendiang Krisna itu sangat
saklek orangnya. Kalau bagus ya bagus, kalau tidak ya tidak. Sedikit banyak, musikalitas kami terpahat dari masukannya," ujar Dika.
Rising The Fall akan berangkat ke Kanada pada 7 September lalu pulang ke Indonesia pada 11 September.
Selain tampil di dua jadwal Envol Et Macadam, mereka juga berniat untuk mencari panggung di bar-bar musik yang ada di sekitaran Quebec.
Pintu kolaborasi dengan musisi asal sana juga mereka buka selebar-lebarnya.
Salah satu rencana yang pasti akan dilakukan ialah mendokumentasikan rekaman
live, agar bisa disebar dengan luas sesampainya mereka di Indonesia.
"Sepulang dari sana mungkin dokumentasi rekaman
live-nya akan kami sebar, sekaligus promosi sebelum merilis album ke-dua pada akhir tahun ini," kata Dika sebelum menutup pembicaraan.
[Gambas:Youtube] (ard/ard)