Jakarta, CNN Indonesia -- Umumnya, belajar bernyanyi dimulai dengan memahami notasi musik hingga membaca partitur. Namun, bagaimana jika kemampuan bernanyi dilatih dengan membaca gerakan tangan?
Jika seorang konduktor menggunakan isyarat tangan mengarahkan musisi di hadapannya agar mengeluarkan nada-nada harmonis, maka lain halnya yang dilakukan oleh musisi asal Yogyakarta, Rully Shabara.
Dalam kelas paduan suara bernama Raung Jagat, Rully mengarahkan orang-orang di hadapannya untuk mengeluarkan suara-suara yang sama sekali berbeda dari notasi musik standar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria kelahiran Palu 34 tahun yang lalu ini, meramu metode khusus untuk kelas paduan suaranya. Karena Rully tak menggunakan konsep memadukan suara yang umum, para personel dalam kelompok paduan suaranya pun tak mesti memiliki vokal yang sudah sempurna.
Dia memberikan kebebasan anggotanya dalam mengeluarkan suara. Rully meminta mereka untuk menunjukkan suara-suara yang spontan dan juga berani bereksperimen.
Improvisasi, adalah dasar yang digunakan Rully untuk kelas paduan suara Raung Jagat. Setiap penyanyinya diminta berani mengeluarkan suara-suara aneh.
Namun jangan dikira bahwa suara-suara yang dikeluarkan hanya memekakkan telinga pendengarnya. Karena gerakan tangan Rully dapat menyatukan suara-suara aneh itu menjadi harmonis.
Setiap gerakan yang ditunjukkan memiliki arti sendiri untuk dinyanyikan. Misalnya, acungan satu jari berarti setiap anggota harus mengeluarkan suara apapun.
Kemudian, isyarat empat jari dari tangannya, diartikan sebagai perintah untuk mengeluarkan suara seperti orang yang sedang komat-kamit.
"Gerakan itu saya buat sendiri dan mengalami perubahan sejak pertama kali Raung Jagat ada tahun 2014. Ada beberapa gerakan saya ambil dari konduktor yang sebenarnya. Sebagai konduktor pendengaran saya harus tajam supaya bisa atur suara dengan baik," kata Rully saat ditemui CNNIndonesia.com di RRREC FEST 2016, Jum'at (9/9).
Lewat berbagai gerakan yang diciptakannya, Raung Jagat menghasilkan suara-suara unik yang menarik untuk disimak. Rully mengatakan, meski masing-masing personel mengeluarkan suara yang aneh, namun secara tidak disadari mereka sudah membuat musik.
"Saya membuat sistem yang mudah dimengerti dan ini metode musik alternatif. Karena itu, dalam setiap latihan ataupun pentas, penampilan Ruang Jagat pasti akan berbeda," ujarnya.
Waktu yang dibutuhkan untuk kelas Raung Jagat meramu musik memang tidak lama. Hanya dengan waktu dua sampai tiga hari Raung Jagat siap pentas.
Asalkan, setiap anggota hafal tanda-tanda dan gerakan tangan yang diciptakan oleh Rully.
"Kalau anggota Raung Jagat itu cepat hafal enak sekali menjadi konduktor. Dengan cepat mereka akan bisa respon gerakan aku," katanya.
Meski begitu, Rully tak serta-merta berharap kelasnya diikuti oleh orang-orang yang sudah profesional di bidang musik.
"Kalau pakai orang profesional sudah pasti bagus. Saya pernah coba. Tapi tujuan saya bukan ke sana. Saya mau bikin orang percaya diri. Sejauh ini ada beberapa kelas yang berlanjut sendiri tanpa saya. Itu kan bagus, artinya mereka jadi percaya diri," kata Rully.
Mengenai anggota Raung Jagat, Rully mengatakan, jumlah ideal untuk satu tim paduan suara Raung Jagat terdiri dari 11 sampai 20 orang. Dia lebih suka anggotanya terdiri dari orang yang tidak berpengalaman di bidang musik.
Hingga kini, Raung Jagat telah dibuat di Yogyakarta, Surabaya dan Semarang. Bahkan, Rully juga pernah membuat kelas di Skotlandia, Australia, Jepang dan Amerika.
(meg)