Jakarta, CNN Indonesia -- Amy Schumer dan kekasihnya Ben Hanisch seharusnya bersenang-senang dalam liburan mereka di Paris. Tapi pasangan itu justru harus mengakhiri perjalanannya di rumah sakit.
Senin (12/9) kemarin, mengutip
People Schumer dan Hanisch mengalami keracunan makanan. Keduanya pun terpaksa mendapat perawatan intensif dan dirawat di rumah sakit di Paris.
Meski begitu, kenangan indah sebelum tragedi itu berlangsung tetap berkesan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terimakasih untuk semuanya Paris! Kecuali keracunan makanan," tulis sahabat aktris Jennifer Lawrence itu melalui sebuah unggahan foto dirinya dan sang kekasih yang sedang terkulai lemas.
Berselang 12 jam, Schumer kembali mengunggah sebuah foto di akun Instagram. Kali ini ia sendiri yang terbaring di kasur rumah sakit dengan infus terpasang. Namun Schumer masih bisa tersenyum.
"Tidak ada bendera merah untuk gadis ini," tulisnya pada keterangan foto di unggahan yang terdiri atas kolase tiga gambar dirinya tergolek.
Schumer juga mengunggah sebuah video dirinya di ranjang rumah sakit dan mengatakan, "Nama saya Amy. Saya 35 tahun. Saya suka menikmati hidup dan mencoba semuanya. Saya suka musik dan makanan. Saya hanya sangat menginginkan seseorang untuk berbagi semua itu."
Schumer tampak 'mati kebosanan' di rumah sakit. Sebab dalam video itu ia memberi keterangan, "Sangat butuh bertemu seseorang." Bagi seorang ceria dan aktif sepertinya, harus berbaring tanpa kegiatan berhari-hari memang membosankan.
Schumer dan Hanisch berkencan sejak Januari lalu. Mereka tak malu-malu menunjukkan kemesraan. Terakhir terlihat bersama, Hanisch menemani Schumer menerima penghargaan Woman of the Year di GQ Men of The year di London, Selasa (6/9).
Sebelum keduanya ketahuan memadu kasih sekaligus berlibur bersama di Paris, Agustus lalu Schumer pernah mengatakan pada Marie Claire bahwa Hanisch adalah sosok yang berbeda.
"Saya merasa Ben adalah orang pertama yang benar-benar telah menjadi pacar saya," katanya.
Ia menambahkan, "Ada orang yang jika mendengar saya mengatakan hal itu rasanya ingin memukul wajah saya. Tapi itu faktanya," pungkas penulis buku
The Girl with the Lower Back Tattoo itu.
(rsa)