Jakarta, CNN Indonesia -- Cerita Edward Snowden yang pernah menggemparkan Amerika Serikat dan dunia, kini seperti
deja vu. Joseph Gordon-Levitt mengulanginya dalam film
Snowden.
Bintang
(500) Days of Summer itu memerankan sang pembocor rahasia AS dalam film yang tayang tengah September ini. Ia menjadi Snowden sejak dilatih militer sampai direkrut NSA, menjadi pembocor rahasia, dan pindah ke ekstradisi Rusia.
Film yang juga dibintangi Shailene Woodley sebagai kekasih Snowden itu baru tayang secara
midnight di Indonesia. Tapi di beberapa negara itu sudah lebih dahulu ditonton. Salah satunya oleh Chris Inglis, mantan Deputi Direktur NSA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inglis termasuk orang penting dalam kehidupan Snowden. Di film bisa ditonton bahwa Snowden diminta oleh Deputi Direktur NSA untuk memimpin sebuah proyek penting di Hawaii. Di kehidupan nyata, Inglis lah orang yang memerintah itu.
Saat Snowden di NSA, ia adalah Deputi Direkturnya. Kini ia sudah tak menjabat.
Namun saat diwawancara, Inglis mengatakan ia tak pernah bertemu Snowden. Menurutnya, meminta kontraktor seperti Snowden untuk memegang proyek sebesar itu di Hawaii sebenarnya tidak masuk akal, bahkan cenderung gila.
“Sangat tidak masuk akal. Untuk berbagai alasan,” katanya pada NPR, seperti dikutip dari
Independent. “Bahwa seorang deputi direktur sampai menjangkau kontraktor—yang mungkin saja penting tapi di fungsi rendahan—dan meminta mereka melakukan aktivitas seperti Jason Bourne? Itu jelas di luar kewajaran.”
Rekaan itu hanya ada dalam film, yang menyebut dirinya 'dramatisasi dari kejadian sebenarnya' alih-alih dokumenter atau fiksi yang diinspirasi dari kejadian nyata.
Tapi bahkan ‘dramatisasi’ pun bagi Inglis masih terlalu berlebihan. “Dramatisasi bagi saya adalah Anda memberi tambahan sesekali ke poin yang [sudah] jelas.” Misalnya, ia mencontohkan, membawa musisi untuk menambah musik latar.
“Tapi [dramatisasi itu] Anda tidak mengisahkan cerita yang fiksi,” imbuhnya tegas.
Ditanya lebih lanjut soal bagian mana yang menurutnya fiksi, selain permintaan Deputi Direktur NSA terhadap Snowden, Inglis memutar mata seperti sedang kesal. Ia lalu menyebut, salah satunya saat sang musuh AS menyelesaikan tesnya.
Dalam film dikisahkan, untuk tes CIA itu Snowden hanya membutuhkan waktu 38 menit, sementara orang-orang lain rata-rata menyelesaikannya dalam lima jam.
“Jelas dia orang yang cerdas,” kata Inglis. “Tapi NSA punya kebiasaan untuk merekrut orang-orang pintar. Sangat pintar. Juga yang berprinsip. Jadi jelas dia yang terdahulu, diketahui bahwa dia bukan yang terakhir.”
Pihak film
Snowden belum berkomentar terhadap pendapat dari NSA itu.
(rsa)