Jakarta, CNN Indonesia -- Area sekitar panggung Freedom Fest 2016 yang terletak di Lapangan Aldiron, Jakarta Selatan, pada Sabtu (1/10) hampir tampak sepi dan kosong. Awalnya hanya ada panitia dan awak media.
Namun, suasana seketika berubah ketika satu persatu personal band The Trees and The Wild (TTATW) naik ke atas panggung. Penonton pun mulai merapat merangsek mendekat, dan tak sabar menunggu aksi dari band asal Bekasi tersebut.
Mengenakan kostum hitam kompak, para personal menempati tempat masing-masing, persis seperti yang dibayangkan penonton, karena selalu sama di setiap konser mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Remedy Waloni yang memegang gitar berhadapan dengan Hetri sebagai penabuh drum. Di antara mereka, berdiri Tami sebagai vokalis. Tyo dan Andra, masing-masing memegang bass dan gitar berada agak sedikit di belakang Tami.
Komposisi ini tergolong unik, karena biasanya penabuh drum selalu ada di belakang. Namun, di sinilah keunikan TTATW. Sama seperti keunikan bermusik yang mereka hadirkan malam itu.
Dengan suasana hening yang membius, seperti yang menjadi khas mereka, TTATW lalu memainkan lagu-lagu yang diambil dari album kedua mereka,
Zaman,zaman.
Album kedua yang baru dirilis dua pekan lalu ini dapat dikatakan pembuktian Remedy dan kawan-kawan bahwa TTATW masih ada dan berkarya, serta masih akan tetap bisa menyihir para pencinta musik.
Diawali dengan lagu
Zaman,zaman, mereka lalu memainkan berturut-turut
Roulments,
Tuah/Sebak, Saija dan
Empati Tamako.
Bagi sebagian penonton yang sudah mengikuti sejak awal jejak karier bermusik TTATW pasti akan dengan mudah bergoyang dan mengikuti irama.
Di dua lagu, yakni
Saija dan
Empati Tamako, TTATW memberikan aransemen yang berbeda, dan mengundang reaksi antusias dari penonton. Selain karena aransemen baru, kedua lagu ini merupakan dua lagu awal yang sudah dirilis pada 2012 dan 2014.
Aliran post rockPenampilan di Freedom Fest 2016 dapat dikatakan sebagai pembuktian Remedy dan kawan-kawan dalam mempertahankan TTATW.
Setelah album penuh mereka pada 2009 berjudul
Rasuk, rasanya sudah cukup lama band ini tenggelam dan tak terdengar gaungnya.
Dan berbeda dibanding Rasuk yang mengusung musik folk, album kedua ini lebih didominasi post rock.
Meski mengubah aliran bermusiknya, TTATW masih terdengar lepas bebas, dan ini yang menjadikannya sulit untuk diabaikan begitu saja.
Dalam penampilannya di festival kali ini, TTATW mendapat dukungan penataan cahaya dan lampu yang pas. Setidaknya mampu membuat tampilan minimalis itu mendukung suasana dan mood musik yang mereka mainkan.
Dari satu lagu ke lagu lainnya, TTATW akan membuat siapapun yang mendengarnya terasa berpindah dari satu suasana ke suasana lainnya yang sama sekali berbeda.
Lewat materi album keduanya ini, TTATW berhasil membuktikan bahwa mereka masih tetap dapat menyihir para pencinta musik. Setidaknya itu tampak dari antusiasme para penonton konser merka saat tampil di festival kali ini.
Dalam situs resminya, Freedom Fest menghadirkan sejumlah musisi. Selain TTATW, ada juga Barasuara, Life Cicla, Dekat, Isyana Sarasvati, Midnight Quickie, Naif, NSG, Olla, Petra Sihombing, Tricia, Willy Winarko, Dipha Barus, ODDS, Iyal Noor feat Olla Rosa.
(rah/rah)