Tujuh Peristiwa dalam Tujuh Karya Seni di ICAD 2016

Rahman Indra | CNN Indonesia
Sabtu, 08 Okt 2016 22:23 WIB
Tujuh seniman dari berbagai bidang menyuguhkan beragam peristiwa lewat medium mural dan instalasi seni di Indonesian Contemporary Art & Design 2016.
Pengunjung melihat instalasi karya Budi Pradono berjudul Kampung Vertikal pada pembukaan Indonesia Contemporary Art & Design 2016. Jakarta, Jumat, 7 Oktober 2016. CNN Indonesia/Adhi Wicaksono. (Foto/CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Memasuki halaman grandkemang Hotel, di Kemang, Jakarta Selatan, sebuah mural besar menyapa di sebelah kanan. Menghiasi dinding bangunan Colony, karya seniman Eko Nugroho itu begitu mencolok, berkat ukurannya yang menjulang tinggi hingga 19 meter dan warna-warna cerah, serta gambar mata ikonik khas Eko.  

Karya berjudul Menyusun Serpihan Pelangi itu juga menyampaikan pesan bertuliskan besar-besar, ‘Have a Sunny Day!’. Eko benar-benar memberikan imaji yang menohok lewat karya-karyanya, dan tak terkecuali saat berpartisipasi dalam gelaran Indonesian Contemporary Art & Desin (ICAD) 2016.

“Eko merupakan satu dari tujuh seniman yang ikut serta dalam perhelatan ke-7 ICAD kali ini,” ujar Diana Nazir, Direktur Festival ICAD, saat pembukaan pameran di hotel grandkemang, Jakarta, pada Jumat (7/10). Pameran yang mengusung tema Seven Scenes ini berlangsung selama dua bulan, hingga 7 Desember 2016.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain Eko, seniman lainnya yang turut serta yakni Agung Kurniawan (seni rupa), Budi Pradono (arsitektur), Hermawan Tanzil (desain grafis), Oscar Lawalata (desain tekstil), Tita Salina (urban play), dan Tromarama (videografi).

Dalam pembukaan pameran, turut hadir Ricky Pesik, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Richard Daguise, CEO & Managing Director Mesa Hotels and Resorts, yang menaungi grandkemang hotel, Hafiz Rancajale, sebagai kurator pameran, Harry Purwanto selaku Art Director, dan seniman Tita Salina.

Pembukaan pameran dimeriahkan keompok tari Nan Jombang Dance Company asal Sumatera Barat, yang menghadirkan modifikasi tari tradisional randai dan silat yang mistis, sekaligus sensual.

“Semua karya seniman kali ini merespon ruang yang tersebar di hotel ini, mulai dari halaman depan, lobi, ballroom hingga lorong-lorong hotel,” ungkap Diana menambahkan.

Perhelatan ke-tujuh kali ini menginterpretasi dan merefleksikan perubahan kota, khususnya area Kemang yang secara tidak langsung memengaruhi cara hidup dan relasi sosial masyarakat.

Respon seniman

Hafiz, sebagai kurator menuturkan, tujuh seniman yang berpartisipasi kali ini dianggap mewakili perkembangan seni Indonesia saat ini. Dari mulai seni desain, tekstil atau fesyen, arsitektur, rupa, dan video.

“Mereka punya gagasan, dengan proses berkarya yang bertahun-tahun, serta memberi kontribusi pada masyarakat,” ujarnya beralasan.

Jika Eko mengangkat seni mural di halaman depan hotel, Budi Pradono menghadirkan instalasi seni yang memenuhi lorong dekat ballroom sepanjang hampir 50 meter. Susunan kayu yang menempel di langit-langit itu disusun sedemikian rupa, yang ia beri judul ‘Kampung Vertikal’. Ini adalah kritik sekaligus proposal Budi terhadap pembangunan kampung atau hunian masyarakat di masa depan.

Oscar, desainer fesyen, tidak menghadirkan desain busana kali ini. Ia justru membuat instalasi seni berupa bangunan segi empat besar tepat di tengah lobi, yang didominasi warna hitam serupa Ka'bah. Bangunan kubus besar itu dibungkus dengan berbagai kain pola, dari mulai polos, bordiran, sulaman, yang seperti acak dan saling sambung. Oscar seperti membenturkan yang relijius dengan gaya hidup kekinian. 

Agung Kurniawan menyuguhkan dua karyanya yakni sabun tentang orang-orang hilang seperti Munir, Wiji Thukul, Udin, Marsinah dan Trubus, serta instalasi dari besi las dan cat minyak, yang menempel di dinding berupa persona sosok Kimchil.

Hermawan Tanzil mengungkap sejarah Kemang, lewat koleksi 'Kemang RT/RW' berupa kumpulan dokumen tertulis, wawancara dan potret, dari mulai keberadaan awalnya pada 1950-an hingga menjadi tempat nongkrong anak muda dan kawasan hunian elit saat ini.

Tita Salina, lewat karyanya The Missing Horizon menghadirkan sesuatu yang berbeda lewat instalasi video di lantai atap hotel. Instalasi ini memungkinkan pengunjung untuk melihat cakrawala lewat bantuan alat khusus yang didalamnya terdapat laser, yang dapat digunakan saat matahari mulai tenggelam.

Sementara, Tromarama, kelompok seni kolektif yang digawangi Febie Babyrose, Herbert Hans Maruli dan Ruddy Hatumena menggandeng toko furnitur antik di daerah Kemang Timur, Junghans, dan mengajukan pertanyaan mengenai apa yang disebut modern.

Program pendamping

Selain tujuh karya seniman sebagai program utama ICAD kali ini, juga terdapat sejumlah program pendamping yang juga berlangsung hingga Desember mendatang.

Di antaranya yakni istalasi fesyen kontemporer yang melibatkan karya dari empat seniman dan desainer, yakni Anton Ismael (fotografi), Felicia Budi (fesyen), Marishka Soekarno (seni rupa) dan Tommy Ambiyo (fesyen). Program ini dikurasi Ika Vantiani.

Ada juga pameran produk kreatif pada zona Artists’ Merchandises, yang di dalamnya terdapat produk dari Ary Indra, Arya Panjalu, Atelir TE, Dian Utami Ningrum, DGTMB, Fatchurrohman, Gembong Wi, Harry Purwanto, Itjuk, Michelle Sonya Koeswoyo, Oscar Lawalata, Permanasari Herawaningsih, PoLkAA Goods dan Rukuruku.

Di luar itu, ICAD ke-7 juga mengusung sejumlah pameran khusus dari sejumlah seniman dari dalam dan luar negeri, seperti karya dari ACG (arsitektur, Indonesia), Jakarta Vintage (desain interior, Indonesia), Fondazione Vico Magistretti (arsitektur, Italia), dan Tero Annanolli (seniman visual, Finlandia).

Tidak hanya berpameran, gelaran kali ini juga mengusung sejumlah konvensi seni tentang desain, seni, kriya, dan film dengan sejumlah pembicara. Di antaranya Ricky Pesik, Farah Wardani dari National Gallery Singapore, Timmy Chou dari Akuma Design Taiwan, dan Francesco Librizzi, arsitek dari Italia.

Konvensi dengan tema seni akan berkolaborasi dengan Motion Picture Assosication (MPA) dan Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI).

Sementara, instalasi teater mini akan kembali hadir dengan menyajikan film-film Perancis berkolaborasi dengan IFI Jakarta.

ICAD 2016 juga bekerja sama dengan sentra kreatif di area Kemang, berupa pemutaran film restorasi dan diskusi film yang berlangsung di Kinosaurus Jakarta, dan juga bedah buku di CoffeeWar di kawasan Kemang Timur.

Perhelatan pameran seni kreatif ini diusung Yayasan Design+Art Indonesia dengan dukungan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), Artura Insanindo, Mesa Hotels and Resosts, dan Grandkemang Hotel Jakarta.

Pameran berlangsung di grandkemang Hotel dari 7 Oktober hingga 7 Desember 2016. (rsa)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER