Jakarta, CNN Indonesia -- Bila selama ini Duta Kehormatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) datang dari tokoh politik dan selebriti, kini tidak lagi. PBB menunjuk tokoh fiksi superhero terkenal dalam komik, Wonder Woman, sebagai Duta Kehormatan Kesetaraan Gender.
Melansir
Reuters, PBB mengumumkan hal itu pada Jum’at (21/10) waktu setempat.
Namun, keputusan itu mengundang kritik karena pemilihan karakter fiksi dianggap bukan merupakan pilihan layak. Setidaknya 1000 orang telah menandatangani petisi online yang berisi permintaan kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon untuk mempertimbangkan kembali pemilihan Wonder Woman sebagai Duta Kehormatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, PBB menganggap Wonder Woman merupakan simbol komitmen wanita kepada keadilan, perdamaian dan kesetaraan.
"Wonder Woman adalah ikon," kata Wakil Sekjen PBB Cristina Gallach. "Kami sangat mengharapkan karakter ini membantu kami merengkuh audiens baru dengan pesan penting mengenai pemberdayaan dan kesetaraan.”
PBB berharap pemilihan tokoh fiksi ini menarik perempuan muda untuk berkampanye bagi pemberdayaan. Untuk itu juga mereka mengampanyekan slogan "Bayangkan semua keajaiban yang bisa kita (perempuan) lakukan."
Wonder Woman, adalah sosok hero wanita ciptaan DC Comics Inc, yang pertama kali muncul pada 1942. Dia memerangi penjahat, menolong korban dan memutus mata rantai kejahatan.
Hadir dalam penobatan Wonder Woman adalah aktris Lynda Carter yang memerankan sosok itu dalam serial televisi 1970-an, dan aktris Gal Gadot yang memerankan film Wonder Woman yang akan rilis tahun depan.
Carter menyebut karakter Wonder Woman sebagai cerdas, cantik, kuat, bijaksana dan berani.
Adapun, para penentang Wonder Woman sebagai duta PBB punya alasan tersendiri. Mereka berpendapat para wanita di dunia punya hak mendapatkan duta yang nyata, bukan tokoh komik. Selain itu, pahlawan wanita itu juga dianggap terlalu vulgar karena pakaiannya yang menonjolkan bentuk tubuh.
"Kendati pencipta aslinya berniat agar Wonder Woman memperlihatkan perempuan pejuang yang kuat dan independen dengan membawa pesan feminis, pada kenyataannya penampilan karakternya saat ini adalah berdada besar, perempuan kulit putih yang memiliki postur tubuh terlalu sempurna, berpakaian minim, dengan baju yang mengilap dan ketat memamerkan paha," demikian bunyi petisi tersebut.
Puluhan karyawan PBB berunjuk rasa dengan melakukan aksi diam di beranda ruang pengunjung PBB. Bahkan, salah seorang dari mereka mengusung tulisan: "Para perempuan berhak mendapatkan duta yang nyata."
(les)