Keris, Mantra Mistis dan Metalurgi yang Mendahului Eropa

Resty Armenia | CNN Indonesia
Minggu, 06 Nov 2016 14:08 WIB
Keris dikenal sebagai senjata tradisional Indonesia. Pembuatannya kental cerita mistis, tapi ternyata juga menggunakan teknik nan canggih.
Keris punya latar belakang sejarah yang unik. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keris dikenal sebagai warisan budaya berbentuk senjata khas yang sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha berjaya di Nusantara. Namun, seiring berjalannya waktu, benda tajam itu malah termarjinalkan. Itu karena banyaknya opini yang berbau mistis dan klenik.

Sekretaris Jenderal Komunitas Keris Panji Nusantara, Toni Junus, membenarkan hal tersebut.

"Setiap orang yang mau mengenal keris sudah takut dulu. Kadang pegang keris takut, 'Nanti kalau sakit bagaimana?' Kadang keris bisa bergetar sendiri. Ada yang percaya di dalam keris ada jinnya. Itulah kepercayaan orang-orang kita," ujar Toni dalam acara diskusi Dhuwung Dwipantara dan Pameran Keris di Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun di sisi lain, anggapan mistis tentang keris itu juga membuatnya tetap eksis.

"Dengan tidak adanya kisah itu, justru keris hanya seperti pisau. Dengan adanya nilai tadi, keris bukan jadi pisau biasa, tapi punya nilai lain yang diakui UNESCO sebagai intangible heritage. UNESCO beri nilai tinggi untuk itu," katanya dengan bangga.

UNESCO--organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi soal pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan--memang telah memberikan penghargaan Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity untuk keris-keris Indonesia.

Toni yang juga anggota Dewan Penasehat Sekretariat Nasional Keris Indonesia itu memaparkan, keris memiliki beberapa aspek: sejarah, tradisi, mistis, teknologi, dan seni.

Keris secara ilmiah dilihat sebagai salah satu artefak budaya, seperti yang ditampilkan dalam relief candi, disebutkan dalam prasasti, babat, dan lain-lain. "Ada salah satu bagian Candi Borobudur yang menampilkan relief workshop pembuatan keris," ujarnya.

Awalnya, keris menjadi senjata untuk perang satu lawan satu. Lalu berubah menjadi semacam keyakinan atau jimat bagi si pemilik. Ia menjelaskan, hal itu tak bisa lepas dari adanya campur tangan seorang raja zaman dulu. Mereka perlu mempertahankan kekuasaannya.

"Mereka kemudian butuh pengangungan terhadap empu yang membuat senjatanya. Empu akhirnya butuh spiritualisasi dengan bertapa, menunggu isyarat alam, dan lain sebagainya," katanya.

Hal inilah, imbuhnya, yang akhirnya membuat keris lekat dengan nilai-nilai spiritual. Tapi sisi baiknya, karena nilai-nilai itu, UNESCO menganggap keris tak sembarang diciptakan.

Dilihat dari aspek tradisi, keris biasanya menjadi salah satu benda hiasan baju pengantin pria. Tak hanya itu, dalam beberapa kesempatan, keris pun menjadi simbol legitimasi pelimpahan kekuasaan. Saat raja turun takht misalnya, keris diberikan kepada penggantinya.

“Contohnya keris Joko Piturun yang jadi legitimasi Raja Hamengkubuwono saat melimpahkan kekuasaan pada raja penggantinya, jadi keris juga merupakan tanda legitimasi," ujar Toni.

Pria kelahiran 1956 itu menuturkan, keris juga memiliki tradisi upacara pencucian setiap bulan Suro. Tradisi itu, menurutnya, intinya adalah membersihkan keris sebagai penghargaan untuk leluhur dan empu.  "Juga ada upacara seperti membangkitkan kembali tuah dari keris.”

Tuah yang dimaksud itu belum tentu jin. Sebab saat keris diciptakan, meski itu benda biasa, mantra-mantra empu dipercaya memiliki kekuatan. “Keris ini dibuat dengan dimantrai, bukan diisi jin," katanya. Mantra keris bisa dilihat dari bentuk yang akhirya tercipta.

Misalnya, keris berbentuk meliuk berarti mendoakan tentang kerezekian, lurus berarti mendoakan supaya jauh dari malapetaka, sapu berarti menyingkirkan malapetaka, figuratif berarti mendoakan agar pemegang keris memiliki derajat dan pangkat.

"Gambar-gambar tertentu, misalnya raja, bulatan, pita, cross, itu sebenarnya mantra empu untuk raja tertentu. Ini sifatnya biasanya agak keras, seperti meditasi," ujarnya.

Senjata mistis, teknik canggih

Keris memang tak bisa lepas dari aspek mistis. Tapi Toni menyarankan, sebaiknya masyarakat tidak terperangkap akan hal itu. Namun, di saat yang sama ia menggarisbawahi, masyarakat juga tidak boleh mendangkalkan bahwa keris memiliki aspek mistis khusus.

"Hanya saja, kita jangan terperangkap pada aspek mistis tadi. Kita langsung saja kembali kepada bagaimana membuat keris dan aspek-aspek lain yang tak kalah penting," katanya.

Dilihat dari aspek teknologi, keris juga unik. Sarjana Sekolah Tinggi Seni Rupa (ASRI) Yogyakarta itu menyebutkan, sejak zaman dulu pembuatan keris telah memuat teknik yang dianggap sangat canggih untuk masanya.

"Ada peneliti dari Jerman yang bingung bagaimana empu-empu dulu bisa menemukan material seperti titanium. Jadi pengadaan bahan cukup bikin kagum para peneliti metalurgi. Kemudian teknik penyatuan logamnya sangat tradisional," ujarnya.

Ia menambahkan, “Teknik metalurgi Indonesia sudah ada pada abad ke-lima, lebih maju enam abad dari Eropa yang baru muncul pada abad 11, saat bangsa Viking berjaya." (rsa)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER