Jakarta, CNN Indonesia -- Harry Potter menjadi film yang paling ditunggu selama satu dekade, sejak 2001 hingga 2011. Hampir setiap tahun, atau setidaknya dua tahun sekali, ada film baru yang dirilis berdasarkan seri novel penyihir garapan penulis JK Rowling itu. Penggemar tak bosan-bosan.
Tapi bayangkan jika Anda jadi kru di balik pembuatan film itu. Mereka harus membuat delapan film selama sepuluh tahun, yang didasarkan pada tujuh buku dengan orang yang itu-itu saja. Mereka seperti ‘terjebak’ dan tak bisa mengerjakan proyek film lainnya.
Maka, mengutip
Independent, tak heran jika mereka mencoba bersenang-senang sedikit dengan film yang sedang digarap. Penonton mungkin tidak menyadari, tapi ternyata ada beberapa lelucon samar yang sengaja diselipkan oleh tim produksi. Itu memang tidak untuk disadari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi penonton yang benar-benar memerhatikan, bermata elang atau mungkin menonton film berkali-kali, mungkin akan menyadarinya. Salah satunya ada di film
Harry Potter and the Order of the Phoenix. Itu film yang diadaptasi dari novel seri ke-lima, dirilis 2007.
Wajar jika tim produksi sudah mulai merasa bosan.
Di adegan pembuka film itu, Harry yang dimainkan aktor Daniel Radcliffe terlihat duduk di ayunan sembari membaca koran sihir. Ia terlihat sedih, merenung, dan berduka. Di film sebelumnya,
Harry Potter and the Goblet of Fire, Lord Voldemort sudah mulai ‘hidup.’
Ia bahkan berani menjadikan piala kejuaraan antarsekolah sebagai teleport ke tempat dirinya berada. Ia membuat Harry mengikuti kompetisi itu, meski usianya belum mencukupi, sehingga sang bocah yang selamat bisa memegang piala dan menghadapi Voldemort langsung.
Tapi kejadian itu malah membuat perwakilan lain dari Hogwarts, Cedric Diggory, meninggal. Diggory sendiri diperankan oleh Robert Pattinson, dan saat itu menjalin kasih dengan Cho Chang, yang sebenarnya ditaksir Harry. Tragedi itu membuat semua percaya Voldemort ada.
Sulit bagi penonton untuk membaca apa yang tertulis di surat kabar yang dibaca Harry. Ia sendiri hanya membacanya sekilas, sebelum terganggu oleh kehadiran Dudley dan kawanannya. Apalagi setelah itu dementro pengisap kebahagiaan membayangi mereka dari langit.
Namun bagi mereka yang teliti, berita utama di surat kabar itu akan membuat tertawa. Judulnya:
Balls Judged Too Big—
Bola-bola Dianggap Terlalu Besar. Judul berita itu bisa berarti lain, tapi di sampingnya ada foto sekumpulan bola tenis berwarna kuning terang.
Tidak bisa dikonfirmasi, tapi seperti diberitakan Independent, siapa pun yang ditugaskan menyediakan surat kabar itu sebagai properti, punya selera humor yang lumayan dan ‘kotor.’
(rsa)