Festival Teater Jakarta 2016 Usung Lomba dan Ragam Pementasan

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Jumat, 18 Nov 2016 05:45 WIB
Berbeda dari perhelatan sebelumnya, FTJ tahun ini tak hanya menggelar lomba teater, tapi juga sejumlah pementasan khusus.
Berbeda dari perhelatan sebelumnya, FTJ tahun ini tak hanya menggelar lomba teater, tapi juga sejumlah pementasan khusus. (Dok.FTJ2015/Foto: ANTARA FOTO/M. Ali Wafa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perhelatan Festival Teater Jakarta kembali digelar. Tahun ini, festival yang sudah berlangsung sejak 43 tahun lalu itu mengusung tema "Transisi" yang ditulis menyerupai bahasa pemrograman komputer.

"Sesuai temanya, ini adalah upaya untuk melepas batas antara tradisi dan modern," ujar Afrizal Malna selaku Ketua Komite Teater, Dewan Kesenian Jakarta, di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki Jakarta, Kamis (17/11). 

FTJ berlangsung dari 21 November hingga 9 Desember 2016.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Afrizal, dalam konteks sejarah seni pertunjukan Indonesia, pelaku seni pertunjukan teater sering kali terjebak dalam pemilihan bentuk teater yang ekstrim, mengacu pada adanya perubahan. Ketika salah satu bentuk teater dipilih, teater modern misalnya, maka mereka akan meninggalkan teater tradisional.

"Pada kenyataannya, teater tradisional ini masih ada di pasar dan memiliki pasar," katanya.

Dengan melepas batas itu dirinya mengharapkan teater-teater tradisional bisa terlibat lagi dengan perubahan- perubahan yang terjadi sekarang.

Para pelaku teater yang terlibat dalam pementasan FTJ, baik modern maupun tradisional pun diharapkan bisa menghasilkan karya yang melepas batas-batas dikotomi antara tradisional-modern.

Selain menjadi tema FTJ 2016, Transisi juga menjadi visi Dewan Kesenian Jakarta untuk mengubah citra orientasi Festival Teater Jakarta. Menurut Afrizal, FTJ saat ini belum bisa beranjak dari anggapan masyarakat dan juga seni itu sendiri, bahwa festival itu hanya sekedar sebagai lomba.

"Kami ingin FTJ lebih dari sekadar lomba. Diharapkan kelompok teater yang tampil bisa memposisikan diri sebagai sebuah seni pertunjukan yang mampu merespons kondisi lingkungannya," ujar Afrizal.

Menurutnya, Festival Teater Jakarta sejak pertama digelar belum merespon kebutuhan masyarakat kota.

"FTJ belum merespon lingkungan, dengan kota Jakarta dan manusia urban. Itu yang kemudian menjadi target kami, adanya perubahan meski belum terjawab yang dibutuhkan masyarakat urban dengan teater," tuturnya.

Dengan tak lagi menerapkan hanya sekadar lomba, FTJ kali ini pun menunjuk seorang kurator untuk hadir sebagai penyeimbang. Saat ditemui terpisah, Gandung Bondowoso selaku kurator festival tahun ini, mengatakan bahwa kurasi ada untuk membangun pelaku seni itu sendiri ke depannya.

"Kuratorial lebih penting dari penjurian. Itu selalu bicara masa depan, segi dasarnya memilih dan memberi gambaran apa yang dilakukan masa berikutnya," katanya.

Dia pun memaparkan bahwa orientasi FTJ yang selama ini hanya lomba itu menjadikan adanya standarisasi. Itu kemudian jadi satu-satunya hal yang dikejar dan membatasi keberanian berkreasi.

"Kesenian itu orientasinya selalu mengubah kreativitas, kalau itu-itu saja tujuannya ya tidak akan kemana-mana [berkembang]," ujarnya.

Terkait adanya perubahan makna perlombaan itu, Afrizal pun menambahkan bahwa saat ini ada kelompok teater yang nanti akan pentas di luar gedung pertunjukan saat FTJ berlangsung.

"Sekarang ada yang berani outdoor, sebelumnya kebanyakan pasti indoor," ujarnya.

Program pementasan

Selama 19 hari, 26 grup teater akan meramaikan FTJ 2016. Disebutkan Afrizal, kelompok teater yang akan tampil di FTJ 2016 terbagi ke dalam "empat sayap", yakni Sayap Utama, Sayap Tamu, Sayap Klasik, Sayap Perspektif.

Sayap Utama berisi penampilan 16 grup teater yang menjuarai babak penyisihan Festival Teater Jakarta di lima wilayah DKI Jakarta.

Sayap Tamu menampilkan empat kelompok teater undangan, yaitu Jaring Project (Yogyakarta), Artery (Jakarta), Padepokan Seni Madura (Madura), Sena Didi Mime Indonesia (Jakarta).

Sementara Sayap Klasik adalah pentas grup-grup teater tradisional yang hingga kini masih bertahan di Jakarta, yakni Lenong Denes Puja Betawi, Sahibul Hikayat lta Saputra, Wayang Orang Bharata, Sandiwara Sunda Miss Tjitjih.

Adapun Sayap Perspektif adalah penampilan dua kelompok di malam pembukaan (kolaborasi seniman) dan penutupan (kelompok MuDa dari Jepang).

"Ini merupakan terobosan baru bagi FTJ yang berusaha mengangkut kerja lintas media dan keberagaman sudut pandang dalam melihat media teater," kata Afrizal.

Malam pembukaan  

FTJ 2016 akan dibuka di Plaza Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, pada 21 November pukul 19.00 WIB, dengan pentas kolaborasi sejumlah seniman berjudul T.T.T (To the Tit) yang disutradarai Yustiansyah Lesmana (Jakarta), Dramaturg Taufiq Darwis (Bandung), dan Ensamble Tikoro (Bandung).

Disebutkan, pertunjukan tersebut akan merespon instalasi bambu berbentuk paus raksasa berjudul The Leviathan Lamalera karya Jonas Sestakresna (Denpasar).

Sementara saat malam penutupannya pada 9 Desember 2016, selain dibacakan pemenang FTJ 2016, penonton juga akan dihibur dengan penampilan kelompok teater hyper-performance MuDa dari Jepang dengan karya berjudul SEMEGIAl Random 02. 

Selain menggelar pertunjukan, FTJ 2016 juga menyelenggarakan beragam lokakarya yang terbuka untuk umum, seperti lokakarya Sensor Gerak, Fotografi Seni Pertunjukan, Jurnalisme Seni Pertunjukan, Riset Teater lewat Jalan Mural.

Di samping itu, festival juga mengusung program kuratorial FTJ 2016, pameran dan diskusi arsip, pasar seni dan kafe aktor. (rah)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER