Sri Hanuraga Trio dan Dira Sugandi, Kolaborasi Rasa Indonesia

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Rabu, 23 Nov 2016 14:52 WIB
Mereka mengaransemen lagu daerah dan nasional, seperti Kampuang Nan Jauah Di Mato dan Bengawan Solo dalam balutan musik jazz.
Mereka mengaransemen lagu daerah dan nasional, seperti Kampuang Nan Jauah Di Mato hingga Bengawan Solo dalam balutan musik jazz. (Foto: Dok. Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berawal dari permintaan menjadi delegasi musisi Indonesia untuk tampil di Museumferfest Festival di Frankfurt, Jerman pada Agustus tahun lalu, kelompok musisi jazz Sri Hanuraga Trio dan penyanyi Dira Sugandi melanjutkan kolaborasi mereka untuk membuat sebuah album.

Album hasil kolaborasi tersebut yang diberi judul Indonesia Voume 1, baru saja dirilis pada Selasa (22/11) di Shoemaker Studio Jakarta. Di dalamnya memuat sejumlah lagu-lagu daerah seperti Kicir-kicir, Bunga Jeumpa, Manuk Dadali, Bubuy Bulan, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Cublak-cublak Suweng serta Sik Sik Sibatumanikam.

Selain itu, juga terdapat lagu-lagu nasional seperti Tanah Airku, Rayuan Pulau Kelapa, Indonesia Pusaka dan Bengawan Solo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Sri Hanuraga, pentolan dari grup trio, kolaborasi ini merupakan tindak lanjut serius dari apa yang mereka lakukan tahun lalu. Kala itu, Sri Hanuraga Trio yang terdiri dari Sri Hanuraga (piano/Rhodes/synth) Elfa Zulham (drums/programming), Kevin Yosua (double bass) bersama Dira Sugandi (vokal) membawakan lagu nasional dan tradisional Indonesia dengan aransemen yang lebih segar dan disesuaikan dengan pendengar masa kini.

"Kami diajak Goenawan Mohamad untuk membawakan lagu nasional dan daerah tapi dikemas modern. Sambutannya baik, lalu berpikir, sayang kalau tidak direkam," ungkap pianis yang kerap disapa Aga itu.

Selain karena diminta, Aga mewakili grup itu bahwa mengaku bahwa mereka pun telah lama mengagumi keindahan komposisi karya Ibu Sud (Sardjah Niung), Gesang Martohartono, Ismail Marzuki, juga karya komposer lagu berbahasa daerah, seperti Hadi Sukatno, A. Minos, Benny Korda, maupun lagu tradisional yang kebanyakan tidak lagi diketahui penciptanya.

Mereka pun beranggapan bahwa kebanyakan lagu yang diciptakan dan direkam di masa lalu, tidak lagi direkam ulang dengan aransemen yang lebih akrab di telinga generasi muda sekarang ini.

Oleh karenanya, mereka pun yakin untuk melanjutkan aransemen itu dalam album yang diberi tajuk "Indonesia Volume 1" untuk dikenalkan pada masyarakat saat ini.

"Ide awalnya ingin menceritakan ulang lagu-lagu daerah Indonesia dengan angle modern, musik jaman sekarang. Pastinya dibalut musik Jazz, dan diselipi pop, rock dan juga hip hop."  

Aga menambahkan, "Dengan itu kami ingin melekatkan musik tempo dulu dengan anak muda saat ini, agar lebih mencintai," tutur Aga.

"Tentu ini pengalaman baru, ternyata dengan gaya berbeda, saya jadi kecanduan. Yang kami harapkan, dengan adanya album ini, akan timbul kecintaan akan musik nasional dan daerah pada generasi muda. Ketika makin sering dinyanyikan, makin jatuh cinta dan kecanduan," ungkapnya.

Bengawan Solo ala Polandia

Tak banyak diketahui bahwa lagu "Bengawan Solo" karya Gesang Martohartono pernah menjadi lagu yang popular di Polandia pada masa- masa rakyat Polandia hidup dalam depresi ekonomi dan sosial pada pertengahan dekade 1960-an.

Lagu "Bengawan Solo" liriknya ditulis ulang oleh Marek Sewen dan Roman Sadowski ke dalam Bahasa Polandia menceritakan negeri dengan alam yang indah dan subur untuk menginspirasi rakyat Polandia agar terus optimistis akan perbaikan kehidupan di Polandia.

"Lagu itu terkenal banget di sana dan jadi lagu perjuangan mereka," ungkap Aga.

Menurut Aga, itu menjadi cuplikan fakta sejarah musik yang menunjukan kedekatan bangsa Indonesia dan Polandia telah semikian dekat sejak berpuluh tahun yang lalu. Lagu itu diberi judul "Kiedy Allach Szedl" dan dipopulerkan oleh biduanita Polandia yang terkenal pada era tersebut, Violetta Villas.

Di album "Sri Hanuraga Trio. feat. Dira Sugandi Indonesia Volume I", Lagu "Bengawan Solo" dibawakan pula dalam lirik berbahasa Polandia. Lagu itu dibawakan penyanyi muda berkebangsaan Polandia, Kinga Prus yang menurut Aga memberikan warna dan cuplikan cerita tersendiri di album tersebut.

Bukan hanya Kinga Prus, musisi yang turut mengisi album ini. Paul Rutschka pemain bass yang tinggal di Polandia dan Andris Buikis (drums) yang sangat terkenal di Latvia ikut menunjukkan kebolehannya di lagu "Bengawan Solo". Magnus Lindgren, peniup saksofon dan klarinet asal Swedia, juga berkontribusi di lagu "Kicir-kicir" dan "Rayuan Pulau Kelapa".

"Sebelumnya saya sempat bikin band bareng mereka saat kuliah di Belanda, jadi akhirnya putusin buat minta bantuan mereka lagi," tutur Aga.

Aga pun mengatakan bahwa Rega Dauna, musisi muda Indonesia, turut masuk dalam deret musisi yang terlibat. Rega terlibat dalam lagu "Bubuy Bulan" dengan permainan harmonikanya.

Tajuk, "Sri Hanuraga Trio, feat Dira Sugandi Indonesia Volume I", disebutkan menjadi penanda akan album -album berikut yang akan memperkenalkan kembali lagu nasional dan daerah dengan aransemen baru.

"Kami memang tidak harus berakhir sampai sini, kenapa namanya volume 1, karena akan buat vol 2, 3, dan seterusnya. Banyak lagu Indonesia yang belum kami eksplor," ungkap Dira.

Aga pun menambahkan, "Di Volume 1 ini kebanyakan lagu-lagu dari Indonesia bagian Barat, selanjutnya mungkin bagian Tengah dan Timur." (rah)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER