Jakarta, CNN Indonesia -- The Amazing Race Asia (TARA) musim ke-lima bukan dimenangkan kelompok atlet atau ‘pengagung’ fisik lainnya. Pemenang kompetisi penuh tantangan itu justru merupakan pasangan ratu kecantikan asal Filipina, Maggie Wilson-Consuji dan Parul Shah.
Mereka mengalahkan dua kontestan lainnya di perlombaan terakhir yang digelar di Bali. Kontestan dari Indonesia yang diprediksi bakal memenangkannya sudah gugur sebelumnya.
Setelah berkeliling di enam negara, 12 kota, berkelana sejauh 12 ribu kilometer, Maggie dan Parul mengalahkan dua tim yang bertarung di babak final, termasuk ratu kecantikan asal Malaysia, Chloe Chen dan Lee Yvonne. Mereka hanya berhasil merebut posisi ke-dua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kontestan lain, bintang televisi dari Filipina, Eric Tai dan istrinya Rona Samson pun dikalahkan. Pasangan itu hanya mampu meraih posisi ke-tiga dalam TARA musim ini.
Ini merupakan kali ke-dua bagi perwakilan Filipina untuk memenangi TARA. Pasangan kompak Maggie dan Parul pun membawa pulang hadiah sebesar US$100 ribu sebagai ganjarannya.
"Kami memainkan pertandingan ini dengan sangat baik dan menaiki posisi atas dengan sangat lambat. Kami tidak ingin berada di posisi pertama di semua babak, karena kami tidak ingin menjadi target tim lain di belakang kami," ujar Maggie saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com via sambungan telepon, Jumat (16/12).
Dengan antusias ia melanjutkan, "Siapa yang menyangka dua ratu kecantikan dapat menang? Saya sangat yakin kami akan membicarakan momen ini untuk beberapa dekade ke depan."
Kedua wanita yang sudah bersahabat selama empat tahun itu mengaku akan langsung membagi dua uang hadiah mereka. Parul sudah punya rencana akan diapakan uang itu. Ia akan membantu biaya pengobatan ayahnya, seorang pensiunan yang mengidap stroke.
"Ayah saya sedang sakit. Karenanya, saya mengikuti perlombaan ini dan berupaya untuk tidak menyerah. Ini sebenanya cara saya untuk memberitahunya agar tidak menyerah dalam melawan [penyakitnya] dan tidak menyerah pada hidup," kata Parul mengungkapkan.
Sementara Maggie tidak menjelaskan ke mana uangnya akan melayang.
Yang jelas, ia menuturkan, setelah melalui banyak tantangan dalam rangkaian kontes TARA, ia dan Parul jadi lebih dekat satu sama lain. Apalagi, sepanjang kontes keduanya tidak pernah bertengkar sama sekali. Hal yang sama dirasakan pula oleh Parul.
"Kami berdua menjadi lebih memahami, lebih bersabar, dan tidak pernah meremehkan satu dan yang lain. Kami sering bertemu bahkan setelah perlombaan," ujarnya.
Bali ternyata punya arti tersendiri bagi Maggie. Ia mengaku dilamar oleh kekasihnya, yang kini menjadi suaminya, di Pulau Dewata. "Bali tempat yang sangat spesial buat saya, karena saya lamaran dengan suami saya di Bali. Itu bagian yang signifikan dalam hidup saya.”
Ketika ia kembali ke sana dan memenangi TARA, kenangan indah akan Bali menambah memorinya.
Berbeda dengan Kontes KecantikanMaggie dan Parul setuju, rangkaian perlombaan TARA sangat berbeda dengan rangkaian kontes kecantikan yang pernah diikuti keduanya. Memenangi kompetisi itu lebih memuaskan.
"Dalam kontes kecantikan, kami menunjukkan lebih banyak di bagian wajah dan tubuh, sedangkan dalam The Amazing Race Asia kami menggunakan segalanya, semua strategi dalam memenangkan pertandingan,” ujar Maggie.
Kalau di kontes kecantikan tubuh harus sempurna seolah tanpa cacat, di TARA mereka jadi penuh luka dan goresan. Tapi bagi Maggie dan Parul, itu bagaikan goresan memori.
"Kami tidak berpikir soal itu saat bertanding. Jika kami mendapatkan lebam atau goresan, kami hanya berpikir bahwa itu adalah luka yang menyiratkan kenangan akan seberapa sulitnya tantangan yang kami harus hadapi. Luka, lebam dan goresan itu tidak masalah," kata Maggie.
Dari pengalaman dan memori itu, Maggie dan Parul pun jadi punya tips untuk kontestan TARA selanjutnya. Pertama, kata mereka, pilih rekan secara bijak dan penuh pertimbangan.
Menurut Maggie, rekan yang baik harus melengkapi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki calon kontestan. “Dia yang akan menemani kalian 24 jam. Rekan kalian harus seperti yin dan yang. Parul, dia punya kelebihan yang bisa menutupi kekurangan saya, dan sebaliknya.”
Selain itu, Maggie menambahkan, poin yang paling penting saat membuat video yang akan didaftarkan saat audisi adalah calon kontestan harus menjadi diri sendiri.
"Ini lebih penting dari apa pun. Itu bagaimana para produser memilih, jadi kalian harus menunjukkan diri kalian yang sebenarnya, seberapa luar biasa dan kuatnya kalian. Harus secara nyata, karena ini adalah acara reality show. Jadilah diri kalian sendiri, jangan mencoba menjadi orang lain, bersenang-senang, dan berharap yang terbaik," katanya.
Setelah memenangi TARA, Maggie dan Parul sudah menyiapkan rencana masing-masing. Keduanya mengaku ingin mencoba mencari peruntungan untuk menjadi pemandu acara di berbagai program atau melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda.
"Saya pikir akan bagus jika saya menjadi pemandu acara. Jika tidak bisa, saya bisa kembali bersekolah. Saya sebenarnya sudah menempuh satu semester di jurusan desain interior. Saya harap bisa kembali ke sana jika punya banyak waktu tahun depan," ujar Maggie.
Parul kemudian menimpali, "Saya harap kami bisa mendapatkan banyak tawaran pekerjaan mulai tahun depan, setelah liburan Natal dan Tahun Baru. Saya harap tahun depan kami banyak ditawari wawancara majalah, acara televisi, acara gaya hidup, dan lain sebagainya."
Indonesia Akan Menang jika Tidak ‘Disabotase’Kemenangan Maggie dan Parul, secara langsung atau tidak, dipengaruhi oleh ‘jatuhnya’ perwakilan Indonesia dalam TARA musim ke-lima episode sembilan lalu.
Perwakilan Indonesia, Treasuri dan Louisa harus rela tereliminasi setelah upaya mereka menuntaskan misi harus disabotase oleh dua tim asal Filipina. Eric dan Rona memberikan Yield, sedangkan Parul dan Maggie memberikan U-Turn kepada kedua wanita asal Jakarta itu.
Di TARA, Yield memperbolehkan satu tim untuk memaksa satu tim lain berhenti bertanding dalam sejumlah waktu yang telah ditentukan, sementara U-Turn memaksa tim lain menyelesaikan dua tantangan Detour, alih-alih hanya satu tantangan seperti tim lainnya.
Yield dan U-Turn yang diberikan kepada Treasuri dan Louisa otomatis menghambat dan memperlambat keduanya dalam menyelesaikan misi yang diberikan.
Soal hal itu, Maggie dan Parul mengaku harus melakukannya karena mereka menganggap Treasuri dan Louisa sebagai lawan yang paling tangguh. Hal itu terbukti dengan kemenangan keduanya dalam beberapa babak pertandingan dengan menduduki posisi pertama empat kali dari sembilan babak di Pit Stop.
"Mereka pastinya [bisa memenangi perlombaan, jika tidak kami U-Turn]. Mereka sangat pintar dan kuat. Mereka bisa memenangi seluruh pertandingan. Sangat sulit mengalahkan mereka.”
Meski demikian, Treasuri memastikan ia dan Louisa masih berteman baik dengan Maggie dan Parul. Menurutnya, dua wakil Filipina yang memutuskan memberi Yield dan U-Turn merupakan sifat dasar perlombaan. Semakin sedikit tim tersisa, para kontestan semakin kompetitif dan agresif.
"Kami masih berteman, saya pikir tidak ada tim yang kami benci. Kami berada di sini bersama-sama dan kami berkompetisi dengan satu sama lain,” katanya di kesempatan lain.
Kemenangan Maggie dan Parul pun sebenarnya sudah sesuai dengan dugaan Treasuri dan Louisa. Keduanya beranggapan, jika dilihat dari sisi kekuatan tim, Maggie dan Parul lebih berpotensi untuk menang.
"Eric memang berbadan kekar, namun Rona sebenarnya fisiknya tidak begitu kuat. Itulah mengapa dalam beberapa pertandingan, Eric seringkali bergerak agak lebih lambat, karena dia harus memikirkan istrinya itu," katanya.
Ia pun menyimpulkan, "Kalau Yvonne dan Chloe kuat, tapi mereka tidak seagresif Maggie dan Parul. Setelah pertandingan di Banyuwangi ini, Yvonne terkena cedera pergelangan mata kaki. Jadi sepertinya Maggie dan Parul adalah yang paling kuat."