Jakarta, CNN Indonesia -- Film drama berjudul
Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara berhasil memboyong empat Piala Maya 2016, termasuk Piala Maya Film Panjang/ Bioskop Terpilih.
Film itu harus bersaing ketat dengan film
A Copy of My Mind,
Ada Apa Dengan Cinta 2,
My Stupid Boss,
Sunya,
Surat Dari Praha,
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, beserta peraih Piala Citra Film Terbaik FFI 2016, yakni
Athirah.Selain meraih penghargaan Film Panjang/Bioskop Terpilih, film
Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara turut memenangkan kategori Skenario Asli Terpilih, Penyuntingan Gambar Terpilih, serta Aktor Muda Cilik Terpilih yang didapat oleh Dionisius Rivaldo Moruk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka meraih empat piala dari tujuh nominasi.
Tak banyak bicara, sang sutradara Herwin Novianto hanya mengungkapkan terima kasih kepada seluruh kru yang terlibat dalam film tersebut.
"Terimakasih banyak, ini [penghargaan] untuk seluruh kru yang bekerja di bawah terik matahari dan cuaca yang mencapai 40 derajat celsius," kata Herwin saat menyampaikan pidato, Minggu (18/12) malam.
Film yang disutradarainya itu bercerita tentang Aisyah, yang baru saja lulus kuliah.
Ia tinggal di satu kampung dekat perkebunan teh yang sejuk di Ciwidey, Jawa Barat bersama Ibu dan adik laki-lakinya. Ayahnya sudah meninggal beberapa tahun silam.
Aisyah ingin mengabdikan dirinya sebagai seorang guru. Suatu hari, ada panggilan telepon dari yayasan tempat ia mendaftarkan diri untuk mengajar. Lokasi yang didapatkan adalah Dusun Derok, Kabupaten Timur Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Penempatan itu membuat Aisyah berkonflik kecil dengan ibunya. Karena tekad yang bulat, Aisyah memutuskan untuk berangkat ke NTT.
Dianggap Suster MariaDari awal kedatangan, ia sudah merasa asing. Terlebih saat datang, masyarakat salah mengiranya sebagai Suster Maria, hanya karena kesamaan memakai kerudung.
Warga di kampung itu awalnya mengharapkan kedatangan Suster Maria sebagai guru di kampung tersebut.
Dusun Derok pun adalah kampung terpencil, tanpa listrik dan sinyal seluler. Saat musim kemarau, air pun susah didapat. Beradaptasi dengan lingkungan baru, membuat Aisyah gamang—namun akhirnya mendapatkan bantuan Pedro (diperankan oleh Arie Kriting).
Pada hari pertama sebagai guru, Aisyah menghadapi kebencian dari salah satu muridnya bernama Lordis Defam. Dia tidak tahu alasan Lordis membencinya, bahkan sampai memengaruhi teman-teman sekelasnya untuk bolos.
Lambat laun, perempuan itu mengerti persoalan yang sebenarnya yakni perbedaan agama antara Islam dan Katholik. Cerita pun terus mengalir dari konflik tersebut.
Aktris yang memerankan Aisyah adalah Laudya Cintya Bella. Film yang telah dirilis pada Mei lalu juga dibintangi Arie Kriting, Lidya Kandau, dan Dionisius Rivaldo Moruk.
(asa)